Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Dimensi dan Indikator dalam Iklim Organisasi

Dimensi Iklim Organisasi


Sebagai variable latent, iklim organisasi tidak mungkin diukur secara langsung layaknya variabel manifest. Dalam pengukuran variabel latent ditentukan terlebih dahulu dimensi dan indikatornya, atau sekurangnya ditentukan indikatornya. Iklim organisasi merupakan persepsi anggota organisasi dapat diukur dari beberapa sudut pandang dan beberapa indikator yang mampu menjelaskan variabel tersebut.

Berikut diberikan contoh beberapa dimensi dan indikator iklim organisasi untuk memudahkan dalam mengukur iklim organisasi. 

Steve Kelneer untuk mengukur iklim organisasi ke dalam 6 dimensi yaitu;

1. Flexibility conformity.
Fleksibilitas dan conformity merupakan kondisi organisasi yang memberikan keleluasan bertindak bagi karyawan melakukan penyesuaian diri terhadap tugas-tugas yang diberikan. Berkaitan dengan ketentuan yang diberlakukan dalam organisasi, kebijakan dan prosedur. Penerimaan terhadap ide-ide yang baru merupakan nilai pendukung di dalam mengembangkan iklim organisasi yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi.

2. Responsibility
Berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai pelaksanaan organisasi yang diembannya dengan rasa tanggung jawab mencapai hasil, karena mereka terlibat dalam proses yang sedang berjalan.

3. Standard
Perasaan karyawan tentang kondisi organisasi di mana manajemen memberikan perhatian kepada pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang telah ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau kekurangan sesuaian.

4. Reward
Berhubungan dengan penghargaan dan pengakuan atas hasil yang diperoleh atau prestasi pekerjaan.

5. Clarity
Terkait dengan perasaan pegawai bahwa mereka mengetahui apa yang diharapkan manajemen terhadap mereka berkaitan dengan pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.

6. Tema Commitment 
Berkaitan dengan perasaan karyawan dan kebanggaan dan rasa memiliki organisasi dan kesediaan untuk berusaha sa dibutuhkan.

Toulson dan Smith mengelaborasi pandangan Litvin dan Stringer, menurutnya iklim organisasi dapat diukur kepada lima dimensi, yaitu: a.Responsibility, b. Identity, c. Warmth, d. Support, dan e. Conflict;

a. Responsibility, adalah perasaan sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, tidak selalu harus mengecek ulang keputusan yang telah diambil, ketika karyawan mendapat pekerjaan, yang bersangkutan memahami bahwa itu adalah pekerjaannya (Toulson & Smith). Tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima (Flippo) atau tingkatan sejauh mana anggota organisasi bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan (Cherrington).

Tanggung jawab berhubungan dengan delegasi, Handoko menyatakan bahwa delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk menjalankan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses di mana manajer mengalokasikan wewenang kepada orang-orang yang melapor kepadanya.

b. Identity, adanya rasa memiliki (sense of belonging) terhadap organisasi dan diterima dalam kelompok (Toulson & Smith).

c. Warmth, suasana kerja yang bersahabat dan lebih ditekankan pada kondisi keramahan atau persahabatan dalam kelompok yang informal, serta hubungan yang baik antar pekerja, penekanan pada pengaruh persahabatan dan kelompok sosial yang informal (Toulson & Smith).

d. Support, hal yang terkait dengan pemberian dukungan dan hubungan antar sesama pekerja yaitu perasaan saling menolong antara manajer dan karyawan, lebih ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara atasan dan bawahan (Toulson & Smith)

e. Conflict, situasi terjadi pertentangan atau perbedaan pendapat antara bawahan dengan pimpinan dan bawahan dengan bawahan, Ditekankan pada kondisi di mana manajer dan para pekerja mau mendengarkan pendapat yang berbeda. Kedua belah pihak bersedia menempatkan masalah secara terbuka dan mencari solusinya daripada menghindarinya (Toulson & Smith).

Berbeda dengan Model Pines dalam dimensi iklim organisasi, untuk mengukur iklim kerja sebuah organisasi dengan pendekatan psikologi sosial melalui empat dimensi sebagai berikut :

1. Dimensi Psikologikal, yaitu meliputi variabel seperti beban kerja, kurang otonomi, kurang pemenuhan sendiri (self-fulfilment clershi/), dan kurang inovasi.

2. Dimensi Struktural, yaitu meliputi variabel seperti fisik, bunyi dan tingkat keserasian antara keperluan kerja dan struktur fisik.

3. Dimensi Sosial, yaitu meliputi aspek interaksi dengan klien (dari segi kuantitas dan ciri-ciri permasalahannya), rekan sejawat (tingkat dukungan dan kerjasama), dan penyelia-penyelia (dukungan dan imbalan).
4. Dimensi Birokratik, yaitu meliputi Undang-undang dan peraturan peraturan konflik peranan dan kekaburan peranan.

Berbeda lagi dengan pendapat Renato Tagiuri seperti dikutip Robert G. Owens menyebutkan 4 dimensi iklim organisasi yaitu :

1. Ecolodge, berhubungan dengan faktor lingkungan fisik dan material organisasi, sebagai contoh, ukuran, usia, fasilitas dan kondisi bangunan, Ini juga berhubungan dengan teknologi yang digunakan dalam organisasi, seperti meja, kursi, papan tulis dsb.

2. Milieu, berhubungan dengan dimensi sosial pada organisasi. Termasuk ke dalam dimensi segala sesuatu mengenai orang orang dalam organisasi. Sebagai contoh berapa banyak dan seperti apa mereka, Termasuk di sini ras dan etnis, tingkat pendidikan para guru, sosial ekonomi siswa, tingkat motivasi orang dewasa dan siswa dalam sekolah.

3. Social system, berhubungan dengan struktur organisasi dan administrasi. Termasuk dimensi ini adalah struktur organisasi sekolah, cara pengambilan keputusan dan siapa orang-orang yang terlibat di dalamnya, telekomunikasi di antara orang-orang dalem organisasi dan lain-lain

4. Culture, berhubungan dengan nilai, sistem kepercayaan, norma dan cara berpikir yang merupakan karakteristik orang-orang dalam organisasi.

Litwin dan Stringer seperti dikutip Linda Holbeche mengklasifikasi 7 dimensi iklim organisasi berikut ini :

1. Tanggung Jawab, karyawan diberi kebebasan dalam melaksanakan den menyelesaikan tugasnya, diberi motivasi untuk melaksanakan tugas secara mandiri tanpa harus selalu meminta persetujuan manajer, diberi keberanian menanggung resiko dari pekerjaan tant rasa takut salah

2. Fleksibilitas, karyawan diberi kebebasan melakukan penyesuaian tugas secara kreatif dan langkah-langkah inovatifi

3. Standar, kualitas kerja yang diperlukan mencapai hasil yang memuaskan ditandai dengan adanya dorongan untuk maju

4. Komitmen tim, orang akan memberikan apa yang terbaik mereka lakukan jika mereka memiliki komitmen terhadap organisasi dan bangga berada di dalamnya.

5. Kejelasan, kejelasan terhadap tujuan, tanggungjawab, nilai-nilai organisasi. Hal ini penting diketahui oleh karyawan agar mereka tahu apa yang sesungguhnya diharapkan dari mereka dan mereka dapat memberikan kontribusi yang tepat bagi organisasi.

6. Penghargaan, karyawan dihargai sesuai dengan kinerjanya. Manajer harus lebih banyak memberikan pengakuan daripada kritikan. Sistem promosi harus dibuat untuk membantu karyawan meraih puncak prestasi. Kesempatan berkembang harus menggunakan penghargaan dan peningkatan kinerja.

7. Gaya kepemimpinan, ketika gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi maka hasil akan mudah dicapai.

DuBrint (dalam Praja, 2002) melihat secara sederhana dalam mengukur iklim organisasi cukup menggunakan dua dimensi saja, yaitu dimensi sebagai seperangkat karakteristik dan dimensi lingkungan internal organisasi, yang lebih jelasnya telah dijabarkannya sebagai berikut;

Pertama: iklim organisasi adalah seperangkat karakteristik yang mencakup: 1) membedakan organisasi yang satu dengan yang lain, 2) secara relatif berlangsung lama, 3) mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut. Kedua: iklim organisasi dipandang sebagai lingkungan internal organisasi yang secara relatif berlangsung lama dan membedakan organisasi lainnya.

Penelitian Andhika Alexander Repi, dari Widya Mandala Catholic University Surabaya tahun 2013 Hasil penelitian mendapatkan empat dimensi pembentuk iklim organisasi di perusahaan karoseri PT. X Surabaya, yaitu penerapan sistem manajemen, lingkungan sosial, lingkungan fisik dan pola kebiasaan dalam organisasi. Di setiap dimensi tersebut dibentuk oleh komponen penyusun, yaitu penerapan sistem manajemen yang terdiri dari standar dan prosedur kerja, sistem imbalan, dan sistem birokrasi. Lingkungan sosial yang terdiri dari hubungan antara atasan dengan bawahan, hubungan antar rekan kerja, dan hubungan antara organisasi dengan pihak luar. Lingkungan fisik terdiri dari fasilitas, sarana dan prasarana pendukung proses kerja. Pola kebiasaan dalam organisasi yang terdiri dari kebiasaan rapat dan hutan Wirawan (2007) dalam bukunya yang berjudul Budaya Dan Iklim Organisasi, menggambarkan secara lengkap dan jelas beberapa dimensi dan indikator dari variabel iklim organisasi yang disusunnya ke dalam sebuah tabel berikut ini.




Posting Komentar untuk "Dimensi dan Indikator dalam Iklim Organisasi"