TUGAS MODUL 4 KB 2 PROFESIONAL PJOK PPGDALJAB
TUGAS MODUL 4 KB 2
PROFESIONAL
Instructions
1.
Identifikasikan
unsur-unsur kepercayan yang terdapat dalam olahraga serta kaitkan dengan
realita yang terjadi saat ini.
2.
Susun
langkah-langkah agar olahraga dan
aktivitas jasmani dapat menjadi budaya dimasyarakat dan sebagai alat
pendidikan.
3.
Susun
minimal 2 bentuk kegiatan aktivitas
jasmani sebagai cara untuk pengembangan nilai sosial atau pengendalian diri
untuk membantu mengurangi kenakalan/penyimpangan yang dilakukan oleh para
pelajar/remaja.
JAWABAN
1. Identifikasikan
unsur-unsur kepercayan yang terdapat dalam olahraga serta kaitkan dengan
realita yang terjadi saat ini.
Sistem
kepercayaan (creed) menurut Edward (1981), bahwa olahraga mengandung 12 unsur,
yaitu sebagai:
Dalam kehidupan masyarakat, orang tua mengharapkan
generasi baru memahami norma salah-benar, kebijaksanaan dalam hidup
bermasyarakat, memiliki sikap sportif, disiplin, serta taat peraturan. Hidup
bersama melalui olahraga bagi anak-anak dapat memberi pelajaran bahwa permainan
dengan tata aturan tertentu dapat menguntungkan semua pihak dan mencegah
konflik . Anak-anak juga dapat belajar bersosialisasi melalui
permainan-permainan, yang sayangnya fasilitas seperti ini nyaris luput dari
perhatian publik. Padahal melalui aktivitas seperti ini, mereka yang memiliki
minat sejenis dapat berbagi pengalaman dalam kelompok yang dapat ditransformasikan melalui
komunikasi dan interaksi.
Peran olahraga makin penting dan strategis dalam
pengembangan kualitas SDM yang sehat, mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki
sifat kompetitif yang tinggi. Selain itu juga penting dalam pengembangan
identitas, nasionalisme, dan kemandirian bangsa. Olahraga yang dikelola dengan
cara yang betul akan mampu mengangkat martabat bangsa dalam percaturan
internasional.
a.
pengembang nilai kesetiaan
Olahraga sebagai pengembang nilai kesetiaan hampir
tidak dapat terbantahkan. Kuatnya perasaan bermusuhan terhadap lawan
menimbulkan rasa setia terhadap tim sendiri. Olahraga dapat meningkatkan
perasaan in-group dan selalu memandang lawan sebagai out-group. Demi tim
seorang atlet rela mengambil segala resiko yang ada dalam pertandingan. Atlet
mempunyai standar ganda dalam menilai tindakan tim sendiri dan tindakan lawan.
Kesetiaan terhadap in-group lebih menonjol pada olahraga tim daripada olahraga
individu. Sisi lain bahwa kesetiaan ini dapat melemah dengan adanya bayaran
yang tinggi. Seorang bintang olahragahampir selalu memandang kemenangan tim
kurang penting dibanding rekor pribadi.
b.
pengembang rasa kepedulian (altruisme)
Sebagai pelaku olahraga harus memiliki sebuah dasar
dalam berbagai komponen yang ada dalam kriteria perilaku sportif dalam
olahraga. Dasar-dasar tersebut menyediakan penjelasan-penjelasan berdasar pada
unsur-unsur penting yang mendasari tingkatan-tingkatan pertimbangan moral,
yaitu altruism (tindakan suka rela yang dilakukan oleh seseorang atau pun
kelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun),
aturan yang tidak memihak dan keseimbangan moral berdasarkan kesepakatan
bersama yang ditentukan harus secara berkelanjutan menyampaikan dasar-dasar
tersebut.
c.
pengembang nilai sosial atau pengendalian diri
Karena banyak hal bertentangan batin antara
mengutamakan kepentingan pribadi atau lebih mengutamakan kepentingan umum,
merupakan tatangan terhadap kuat-lemahnya disiplin individu. Oleh karena itu
sebagai seorang atlet bisa memiliki disiplin dan pengendalian diri baik dalam
olahraga maupun dalam bermasyarakat.
Penanaman disiplin dalam buku psikologi olahraga
harus dilandasi pengertian pokok mengenai pengendalian diri dan disiplin, yang
intinnya menanamkan kepatuhan yang didasarkan atas pemahaman dan kesadaran,
serta tanggung jawab.
d.
pengembang “fortitude” (daya tahan atas
penderitaan)
Olahraga sebagai pengembang kemampuan daya tahan atas
penderitaan (fortitude). Aktivitas olahraga terutama contact sport, memerlukan
daya tahan, namun fenomena yang sering terjadi bahwa orang-orang yang direkrut
ke dalam contact sport dimaksud adalah mereka yang sudah potensial mempunyai
daya tahan, bukan sebagai media untuk membina mereka yang kemampuan daya
tahannya rendah
e.
cara untuk mempersiapkan atlet menata kehidupan
Olahraga sebagai cara untuk mempersiapkan atlet
menata kehidupan. Gagasan ini benar apabila konsepnya pada olahraga disekolah,
pelajaran pendidikan jasmani, atau atlet olahraga amatir, tidak berlaku untuk
olahraga professional. Olahraga profesional mengusung konsep bahwa kehidupan
itu adalah olahraga itu sendiri. Kehidupan pelaku atau atlet olahraga
profesional adalah pengerahan terhadap tenaga, waktu dan pikiran hanya
semata-mata fokus untuk olahraga dimaksud. Sebagai tambahan baik atlet olahraga
amatir, siswa pendidikan jasmani maupun atlet profesional bahwa, pemberian
sanjungan yang berlebihan kepada mereka yang berprestasi juga tidak bersifat
mendidik untuk kehidupan masa depannya
f.
cara untuk memberi peluang kemajuan individu
Olahraga sebagai cara untuk memberi peluang
kemajuan individu. Penelitian yang dilakukan Calhoun (1987) di Amerika
menemukan bahwa ini berlaku untuk sebagian orang tetapi tidak bagi kebanyakan
orang. Penelitian ini dilakukan pada kelompok minoritas yang terdiri dari
orang-orang Irlandia, Jerman, Polandia, Italia, orang-orang berkulit hitam
(Negro). Olahraga merupakan tangga untuk menaikan kelompok minoritas tersebut
dari segi prestise, prestasi, dan uang. Hasil penelitian ternyata hanya 1% yang
berhasil mengalaminya, 99% berputar-putar diposisi awalnya bahkan malahan
mundur karena Olahraga. Kesempatan mereka untuk meraih cita-cita yang lebih
tinggi hilang karena waktu dan perhatiannya terlalu banyak diabdikan kepada
olahraga
g.
cara membina kebugaran jasmani
Olahraga sebagai cara membina kebugaran jasmani
benar dan tepat untuk cabang olahraga kecil seperti Tennis, Jogging, Renang
yang latihannya dibiasakan sepanjang hayat. Tidak demikian dengan olahraga
besar seperti olahraga beladiri (contact sport) yang mengandung resiko sebaliknya,
meskipun sebagian atlet atau mantan atlet untuk cabang olahraga ini tetap sehat
tanpa mengalami cacat, dan umumnya orang yang membiasakan berolahraga akan
memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik daripada yang jarang atau tidak
berolahraga
h.
cara menghasilkan ketangguhan mental (mental
alertness)
Olahraga sebagai cara menghasilkan ketangguhan
mental tidak dapat dibuktikan secara pro dan kontra. Berolahraga memang harus
memerlukan ketangguhan mental, namun seberapa jauh para pelakunya dapat mengaktualisasikan
ketangguhan mental itu dalam kehidupan sehari-harinya masih dalam sebuah
pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktualisasi hasil latihan mental
sangat kuat dalam situasi yang sama tetapi lemah dalam situasi yang berbeda.
Analoginya, orang yang cemerlang dalam matematika belum tentu dapat pula
memecahkan masalah-masalah kehidupan secara cerdas seperti layaknya
menyelesaikan soal-soal matematika.
i.
cara pengembang religious
Olahraga sebagai cara peningkat kemajuan akademik;
tinjauannya ada dua; (1) siswa yang memanfaatkan kemampuan berolahraga untuk
dapat terus meningkatkan pendidikan; (2) setelah berhasil dalam olahraga, siswa
dihadapkan pilihan antara olahraga dan kerja akademik. Sulit membagi waktu,
tenaga dan perhatian untuk kedua-duanya sekaligus. Ada kondisi dimana siswa
memanfaatkan beasiswa atau dana hasil beliau sebagai atlet olahraga untuk
mempersiapkan diri meraih kemajuan akademik, keluar dari ranah olahraga; tetapi
ada juga yang terpaksa mengorbankan kelanjutan pendidikannya demi olahraga.
j.
cara penumbuh rasa patriotisme.
Olahraga sebagai cara pengembang religious. Hasil
penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat bukti yang kuat bahwa olahraga dapat
meningkatkan atau menurunkan tingkat religiusitas para atlet (Edward,1981).
Memang sebelum bertanding atlet berdoa kemudian setelah itu berpikir
mencari-cari cara, atau celah untuk melakukan kecurangan, pelanggaran aturan
yang kesannya legal. Tradisi mengumandangkan lagu kebangsaan sebelum
pertandingan atau ketika upacara penyerahan medali sebenarnya tidak dihayati
dengan khusuk, kalaupun kelihatan demikian itu berlaku ketika itu bukan berarti
terpatri sehingga meningkatkan religious yang permanen didalam diri.
2.
Susun langkah-langkah agar olahraga dan aktivitas jasmani dapat menjadi budaya
dimasyarakat dan sebagai alat pendidikan.
Kunci
utama menjadi anak pintar dan berprestasi di sekolah tentu adalah dengan giat
belajar. Fungsi kognitif otak memang bisa menurun apabila otak jarang digunakan
untuk berpikir. Akan tetapi, sesi belajar yang hanya dihabiskan dengan duduk
diam berjam-jam perlu juga diimbangi dengan aktivitas fisik, seperti olahraga.
Selain membantu pertumbuhan tulang dan otot serta
meningkatkan stamina, olahraga fisik juga menyehatkan otak. Selama tubuh dipacu
untuk terus bergerah, jantung akan terus memompa darah segar ke seluruh organ
tubuh, termasuk pula otak. Aliran darah yang lancar menuju otak akan mencegah
terjadinya kerusakan sel otak dan, di saat yang bersamaan, membantu pembentukan
sel otak yang baru.
Sel-sel
otak yang sehat akan bekerja lebih baik dalam menunjang fungsi kognitif otak,
termasuk kemampuan berpikir, kemampuan fokus/konsentrasi, bagaimana seseorang
memahami sesuatu, memecahkan masalah, mengambil keputusan, mengingat, hingga
mengambil tindakan.
Amika
Singh, PhD., seorang periset dari Vrije Universiteit University Medical Center
di Amsterdam, Belanda sekaligus penulis di
Archieves of Pediatrics & Adolescent Medicine, mengatakan, “Selain
efek fisi, olahraga juga dapat membantu tingkah dan pola perilaku keseharian
anak di kelas sehingga mereka lebih bisa berkonsentrasi saat belajar.” Ya.
Pasalnya selain memperlancar aliran darah ke otak, olahraga juga sekaligus
memicu otak untuk melepaskan hormon mood bahagia endorfin, yang membuat emosi
anak menjadi lebih mudah bahagia, stabil, dan tenang sehingga jadi jarang
“berulah”.
Manfaat
olahraga untuk otak ini juga sudah didukung oleh suatu penelitian yang
menunjukkan bahwa rata-rata anak pintar dan yang berprestasi di sekolah adalah
anak-anak yang juga rajin berolahraga.
Adanya
anggapan bahwa pendidikan jasmani tidak memiliki kandungan akademik banyak
dipengaruhi oleh proses penyelenggaraan pendidikan yang kurang mampu
mengakibatkan merosotnyaproses ajar. kondisi tersebut terkait pula dengan
faktor lainnya yakni ketersediaan tenaga guru spesialisasi di bidang pendidikan
jasmani yang sudah sedemikian parah terutama di jenjang Sekolah Dasar berkaitan
dengan masalah ini seperti yang telah dipaparkan dibutuhkan rumusan strategi
pengembangan pendidikan jasmani berikut ini
a.
membentuk
persepsi yang sama tentang makna dan manfaat pendidikan jasmani di luar berikan
melalui penyebaran informasi
b.
memperkuat
koordinasi dan kerjasama di antara semua pihak terkait guru orang tua tokoh
masyarakat pengurus klub olahraga media massa dan lain-lain
c.
melaksanakan
pembaharuan secara bertahap dalam sistem manajemen pendidikan jasmani dan
memperhatikan kemampuan
d.
memperkuat
sistem pendukung utama kelengkapan pokok untuk merealisasi penerapan kurikulum
di setiap jenjang pendidikan
Olahraga apabila sudah tumbuh dan berkembang serta
membudaya pada masyarakat, pada tahap berikutnya olahraga akan menjadi
kebutuhan bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat yang sadar akan
olahraga, tidak perlu lagi dipaksa atau disuruh untuk melakukan olahraga.
Meskipun demikian, yang terjadi, pada keadaan masyarakat di Indonesia belum
secara menyeluruh sampai kepada taraf ini (sadar dan butuh olahraga). Jika
masyarakat telah menganggap olahraga sebagai kebutuhan, masyarakat akan lebih
banyak belajar tentang olahraga, bagaimanakah olahraga yang benar untuk tujuan
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
Beragamnya
makna olahraga oleh masyarakat menandakan bahwa olahraga memiliki sejuta makna
yang dapat diterjemahkan menurut selera dan wawasan pengetahuan masyarakat itu
sendiri. Makna yang sangat sederhana adalah aktivitas jasmani. Namun terkadang
juga diterjemahkan sebagai bentuk “prestasi” dari penampilan keterampilan
tingkat tinggi. Makna olahraga bercampur antara olahraga sebagai aktivitas
jasmani, bermain, atau gerak
Kurikulum
sekolah di Indonesia rata-rata sudah termasuk mata pelajaran Penjaskes
(Pendidikan Jasmani dan Kesehatan) yang dilakukan setidaknya seminggu sekali.
Namun, durasinya bisa berbeda-beda untuk setiap anak. Misalnya jika mengacu pada
kurikulum 2013, durasi mata pelajaran Penjaskes untuk anak sekolah rata-rata
berkisar antara 70 sampai 100 menit setiap minggu.
Kebanyakan
orangtua mungkin merasa ini sudah cukup. Memang sih, idealnya lama waktu
aktivitas fisik anak dalam satu hari adalah 60 menit. Namun olahraga seminggu
sekali di sekolah saja tidak cukup, lho! Nyatanya, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) merekomendasikan setiap anak dan remaja yang berusia 5-17 tahun untuk
berolahraga setidaknya 60 menit setiap hari atau jika ditotal menjadi 142 menit
dalam seminggu. Jika dibandingkan, tentu tidak cukup bukan?
Makanya,
anak tetap harus beraktivitas fisik setiap hari. Misalnya dengan membiarkan
anak naik sepeda atau jalan kaki ke sekolah, atau daftarkan ia untuk ekskul
berenang atau sepak bola. Dorong anak untuk menghabiskan waktu istirahatnya
dengan bermain bersama, misalnya main petak umpet.
Ada
banyak cara yang bisa orangtua lakukan untuk membimbing dan membiasakan anak
berolahraga setiap hari. Selain menjauhkan anak dari risiko berbagai penyakit
berbahaya saat ia dewasa nanti, manfaat olahraga juga sudah terbukti membuat
anak pintar dan berpresta
3.
Susun minimal 2 bentuk kegiatan aktivitas jasmani sebagai cara untuk
pengembangan nilai sosial atau pengendalian diri untuk membantu mengurangi
kenakalan/penyimpangan yang dilakukan oleh para pelajar/remaja.
Karena
banyak hal bertentangan batin antara mengutamakan kepentingan pribadi atau
lebih mengutamakan kepentingan umum, merupakan tatangan terhadap kuat-lemahnya
disiplin individu. Oleh karena itu sebagai seorang atlet bisa memiliki disiplin
dan pengendalian diri baik dalam olahraga maupun dalam bermasyarakat.
Penanaman
disiplin dalam buku psikologi olahraga harus dilandasi pengertian pokok
mengenai pengendalian diri dan disiplin, yang intinnya menanamkan kepatuhan
yang didasarkan atas pemahaman dan kesadaran, serta tanggung jawab.
Masalah
kenakalan remaja mulai mendapat perhatian yang khusus sejak dibentuknya suatu
peradilan untuk anak-anak nakal atau jouvenille court pada tahun 1899 di Cook
Country, Illinois, Amerika Serikat. Pada waktu itu, peradilan tersebut
berfungsi sebagai pengganti orangtua si anak yang memutuskan perkara untuk
kepentingan si anak dan masyarakat. Dalam pandangan umum, kenakalan anak
dibawah umur 13 tahun masih dianggap wajar, sedangkan kenakalan anak diatas
usia 18 tahun dianggap merupakan suatu bentuk kejahatan.
Untuk
menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya juga memberikan
kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si
remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan paksaan maupun
mengada-ada. Si remaja di beri pengertian yang jelas sekaligus diberikan
teladan. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat
mengurangi waktu ’ kluyuran ” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak
mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka
dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari, mereka
dididik mandiri
bagaimana
olahraga mengatasi kenakalan remaja :
1.
Dengan
berolahraga maka remaja akan disibukkan berolahraga sehingga remaja tidak
sempat membuat kenakalan.
2.
Dengan
berolahraga maka remaja akan lebih bertanggung jawab terhadap yg dilakukan
karena dalam olahraga sangat diajarkan kedisiplinan.
3.
Karena
dengan berolahraga dapat merubah mindset, sehingga dapat merubah pikiran remaja
agar melakukan hal-hal positif
4.
Jika
anak tersebut suka berkelahi maka orangtua harus mengarahkannya ke olahrag
beladiri.dan begitu juga dengan yg lain
Berikut
ini beberapa aktivitas olahraga untuk membantu mengurangi kenakalan remaja:
A.
SEPAKBOLA
Sepakbola sebagai permainan yang dimainkan secara
tim harus senantiasa menyatukan taktik dan teknik serta kerja sama tim demi
mencapai tujuan bersama. Di samping itu, dalam sepakbola terkandung pula nilai
tanggung jawab masing-masing pemain dalam menjalankan peran masing-masing,
sehingga harus menyadari posisi dan tugas dan dapat mengesampingkan ego
pribadi. Meskipun dalam keadaan yang tidak semestinya seperti saat terjadi
peperangan, bencana alam, krisis, dan lain sebagainya sepakbola datang menjadi penghibur
di tengah-tengah masyarakat.
Kendati sepakbola dapat menyatukan berbagai
perbedaan yang ada di tengah-tengah kehidupan manusia baik kasta, suku, bangsa
dan bahasa, namun sepakbola tidak selamanya membuahkan hasil yang manis. Hal
ini dikarenakan sepakbola adalah permainan yang keras dan kadang kejam karena
perjuangan yang telah dilakukan tidak selalu berakhir dengan kemenangan. Sering
perjuangan mati-matian di lapangan hijau itu hanya menghantarkan para pemain
dan penonton yang terlibat dengan mereka kepada kegagalan yang pahit dan
menyedihkan. Sehingga dalam sepakbola dibutuhkan kebesaran jiwa untuk menerima
kegagalan, tekad dan keberanian untuk bangkit meraih kemenangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam sepakbola terdapat nilai-nilai karakter, fair play, serta sportivitas
seperti tanggung jawab akan tugas masing-masing, semangat pantang menyerah,
saling kerja sama, serta kebesaran jiwa untuk menerima kegagalan di mana
nilai-nilai tersebut adalah nilai yang dibutuhkan untuk mencapai hidup selaras,
serasi, dan seimbang di tengah-tengah masyarakat.
Armando Pribadi (2010), secara sederhana dan
ringkas mengartikan “Golden Rule” FIFA
sebagai berikut:
·
Jangan
bermain membahayakan pemain lawan.
·
Hormati
aturan main dan jalankan dengan baik semua instruksi official.
·
Hormati
lawan seperti selayaknya kolega kita di sepakbola.
·
Tetap
mampu memperlihatkan sikap menjunjung tinggi disiplin, walaupun dalam situasi
yang sulit atau tidak mengenakkan.
·
Berikan
dukungan terhadap siapapun yang berupaya mengenyahkan tindakan curang dalam
pertandingan.
·
Tunjukkan
perhatian besar terhadap pemain yang cedera dengan segera menghentikan
pertandingan dalam situasi apapun.
·
Jangan
pernah punya niat untuk balas dendam terhadap kesalahan yang dilakukan pemain
lain.
·
Main
sesuai dengan perintah tiupan peluit wasit.
·
Rendah
hati saat merayakan kemenangan, serta berjiwa besar dalam menerima kekalahan.
·
Memberikan
penghargaan terhadap individu atau lembaga yang secara luar biasa telah
menjunjung tinggi sikap-sikap fair play.
Upaya
untuk menanamkan karakter, fair play dan sportivitas dibutuhkan proses yang
sangat panjang, sehingga kesadaran dari dalam diri atlet harus pula menjadi
acuan yang kuat apabila ingin menjadi seorang atlet yang berhasil. Melalui
olahraga orang menemukan kegembiraan dan kepuasan diri serta mengalami
kematangan kepribadian melalui pengalaman dalam olahraga. Olahraga permainan
seperti sepakbola menyediakan ruang untuk bersosialisasi dengan orang lain
karena olahraga tersebut dimainkan secara tim. Sepakbola sebagai salah satu
permainan yang paling digemari di dunia juga mempunyai beberapa nilai karakter
yang terkandung di dalamnya. Melalui permainan sepakbola, diperoleh nilai-nilai
karakter sebagai bekal yang cukup berharga yang dapat digunakan dalam
menjalankan peran di tengah-tengah masyarakat.
Sebagai
upaya menuju keberhasilan menanamkan nilai-nilai karakter, fair play, dan
sportivitas, seorang pelatih maupun praktisi olahraga harus memahami bagaimana
cara yang tepat untuk melatihkan hal tersebut kepada anak latihnya. Apabila
ketiga konsep di atas telah tertanam dalam diri seseorang, maka dalam
bertanding maupun kelak hidup di tengah-tengah masyarakat persoalan-persoalan
yang ada akan dengan mudah diatasi dan dapat menjalani hidup dengan harmonis.
B.
Permainan Memindahkan karet
Permainan ini bertujuan untuk melatih kerjasama
kelompok dan kesabaran agar lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Saat
bermain kita akan bisa langsung melihat wajah teman kita yang berarti secara
tidak langsung kita akan meningkatkan kepedulian terhadap teman kita.
Alat:
Karet sejumlah kelompok yang ada.
Sedotan atau korek api (semakin pendek semakin
seru).
Cara bermain:
a.
Peserta
dibagi menjadi beberapa kelompok;
b.
Setiap
kelompok bediri dan berbaris berbanjar sambil dan setiap orang memegang sedotan
dengan mulut mereka;
c.
Pemandu
menaruh karet gelang di sedotan orang yang berada pada barisan paling depan;
d.
Kemudian
karet gelang dipindahkan melalui sedotan hingga sampai ke orang terakhir;
e.
Kelompok
yang paling cepat memindahkan karet gelang adalah pemenangnya.
Posting Komentar untuk "TUGAS MODUL 4 KB 2 PROFESIONAL PJOK PPGDALJAB"