Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pendekatan Integratif dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM PEMBELAJARAN IPA



1.      Jelaskan tentang pendekatan integratif (meliputi pengertian/definisi, landasan maupun metode/model dalam pendekatan tersebut)!

Jawaban:

1. Definisi Pendekatan Integratif
            Pendekatan Integratif adalah pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang (Rustaman, N.Y dkk., 2004).
            Istilah pembelajaran terpadu berasal dari ”integrated teaching dan learning” atau ”integrated curriculum approach”. Konsep ini telah lama dikemukan oleh John Dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya (Bean, 1993 dalam Sa’ud, dkk., 2006). Dia mengemukan bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan nalar dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya. Sehubungan dengan itu, pendekatan pembelajaran terpadu membantu anak untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajarinya dengan baru mereka pelajari.
            Pembelajaran terpadu memiliki istilah-istilah yang sering dipersamakan dan atau termasuk dalam konteks pembelajaran terpadu diantaranya adalah: integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach, holistic approach dan integrative learning serta tematikMenurut Joni (Trianto, 2014:56) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran, dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.
Menurut Hadisubroto (Trianto, 2014:56) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan belajar anak, maka pembelajaran menjadi bermakna.
 Fokus pembelajaran bermakna sesuai dengan pandangan bahwa belajar adalah mengkonstruksi pengetahuan, yang di dalamnya siswa memahami pengalaman-pengalaman mereka. Pembelajaran bermakna dipandang sebagai tujuan pendidikan yang penting yang mensyaratkan pembelajaran tidak sekedar menyampaikan pengetahuan faktual dan juga mensyaratkan pertanyaan-pertanyaan asesmen yang menuntut siswa bukan sekedar mengingat atau mengenali pengetahuan faktual (Anderson dan Krathwol, 2010:98). Sejalan dengan pandangan ini, Ausubel (Sundayana, 2014:9) melalui teori pembelajaran bermakna bahwa learning takes place in the human organism through a meaningful process of relating new events or items to already existing cognitive consepts or propositions. Teori ini menunjukkan bahwa pembelajaran bagi peserta didik akan bermakna bila apa yang dipelajari oleh mereka berhubungan dengan apa yang diketahui dan dialaminya.
Pembelajaran terpadu bukan lagi sebuah pembelajaran yang sulit diterapkan oleh setiap guru dalam memberikan pengajarannya kepada anak didiknya, pembelajaran terpadu tentunya melihat materi secara utuh bukan lagi secara parsial sehingga adanya gambaran yang besar dalam menerima materi. Pembelajaran terpadu memberikan kepada peserta didik untuk
menggali apa yang belum diketahui dan apa yang sudah diketahui dalam menerima materi yang disampaikan dari gurunya.
 Pembelajaran terpadu ini memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk bertanya atau mengobservasi, atau menalar sebab akibat yang mungkin ditimbulkannya dari materi yang diterimanya, atau juga melakukan sebuah pendekatan ilmiah yang sederhana untuk mengembangkannya secara mandiri apa yang menjadi rasa penasarannya dalam menggali apa-apa yang belum diketahuinya tersebut atau juga mempertajam pengetahuan yang sudah diketahuinya.

Landasan Pembelajaran Terpadu
Landasan pembelajaran terpadu adalah beberapa aliran filsafat pendidikan. Beberapa pandangan yang melandasi pembelajaran terpadu dapat disajikan di bawah ini. Menurut Isjoni (2007:132) bahwa landasan pembelajaran terpadu adalah:
1. Progresivisme, aliran ini menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alami, tidak artifisial. Pembelajaran di sekolah seperti keadaan dalam dunia nyata sehingga memberikan makna kepada kebanyakan siswa.
2. Konstruksivisme, aliran ini menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah-ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain yang sudah diabstrasikan. Mengalami sendiri merupakan kunci kebermaknaan.
3. Development appriorate practice (DAP), prinsip dalam DAP menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognitif, emosi, minat dan bakat siswa.
4. Landasan normatifdilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaannya mencari hasil yang optimal.
5. Landasan praktis, dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaannya menapai hasil yang optimal.

Model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995 dalam Sa’ud, 2006). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek materi belajar dan aspek kegiatan belajar mengajar. Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik dan unit tematiknya, Fogarty (1991) mengemukakan 10 model yaitu : 1). Fragmented, 2). Connected, 3). Nested, 4). Sequenced, 5). Shared, 6). Webbed, 7). Threaded, 8). Integrated, 9). Immersed dan 10). Networked. Di bawah ini adalah uraian mengenai masing-masing model.
1.      Model Fragmented
Model fragmented adalah model pembelajaran tradisional yang memisahmisahkan disiplin ilmu atas beberapa mata pelajaran seperti Matematika, Sains, Ilmu Sosial, Bahasa dan Seni. Model ini mengajarkan disiplin-disiplin ilmu tersebut secara terpisah dan tanpa ada upaya untuk menghubungkan atau mengintegrasikannya. Model ini mengutamakan kemurnian disiplin ilmu tertentu. Model ini lebih cocok untuk tingkat SMA dan Universitas.
2.      Model Connected (Keterhubungan)
Model connected berusaha menghubungkan satu konsep dengan konep lain, topik satu dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, ide yang satu dengan ide lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi misalnya IPA atau IPS. Dengan model connected siswa lebih mudah menemukan keterkaitan karena masih dalam lingkup satu bidang studi, tetapi kurang menampakkan keterkaitan interdisiplin.
3.      Model Nested
Model nested merupakan model yang memadukan berbagai bentuk keterampilan yaitu keterampilan social (social skill), keterampilan berpikir (thinking skill) dan keterampilan isi (content-specific skill) ketika membahas suatu topik. Misalnya ketika siswa mempelajari sistem peredarah darah, targetnya adalah memahami konsep “sistem”. Tetapi guru juga mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan cara mengeksplor siswa mengenai faktor-faktor yang menyebabkan dan berpengaruh terhadap gangguan sistem peredaran darah. Keterampilan social juga dikembangkan dengan cara siswa belajar secara berkelompok. Dengan begitu keterampilan-keterampilan tadi “nested” bersamasama sebagai pengalaman belajar siswa.
4.      Model Sequenced
Pada model sequenced topik-topik atau unit-unit antar mata pelajaran diatur dan diurutkan secara tepat satu sama lain. Materi dari dua mata pelajaran yang berhubungan dapat diurutkan untuk diajarkan secara paralel. Topik-topik itu dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama. Pembelajaran terpadu model sequenced ini ditempuh dalam upaya mengutuhkan dan menyatukan materimateri yang bercirikan sama dan terkait agar lebih utuh dan menyeluruh.
5.      Model Shared
Model shared ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran, sehingga menjadi konsep yang utuh terhadap konsep-konsep yang berserakan tersebut sehingga menuntun siswa untuk membuka wawasan dan cara berpikir yang luas dan mendalam melalui pemahaman terhadap konsep lintas disiplin ilmu.
6.      Model Webbed (Jaring Laba-laba)
Model webbed ini mewakili pendekatan tematik untuk memadukan materi subjek. Model ini dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan sub temanya dngan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi lain. Biasanya tema yang dipilih harus tema yang “fertil” yaitu tema yang memiliki kemungkinan keterkaiatan yang kaya dengan unsur atau konsep lain. Tema yang fertil biasanya berupa pola atau siklus. Tema yang familier membuat motivasi belajar siswa meningkat dan memberi siswa pengalaman berpikir serta bekerja inter disiplin. Akan tetapi sulit untuk menentukan tema yang fertil.
7.      Model Threaded (Pembelajaran Terpadu Bergalur)
Model threaded merupakan model pemaduan kurikulum berfokus pada metakurikulum. Pembelajaran dengan model ini ditempuh dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang merupakan benang merah (galur) yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu.
8.      Model Integrated (Keterpaduan)
Model integrated dimulai dengan mengidentifikasi konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa bidang studi. Tema hanya berfungsi sebagai konteks pembelajaran. Kelebihan model ini adalah hubungkan antar bidang studi jelas terlihat melalui kegiatan pembelajaran. Akan tetapi model ini menuntut wawasan yang luas dari guru dan karena terfokus pada kegiatan pembelajaran, terkadang mengabaikan target penguasaan konsep.
9.      Model Immersed
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungakan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan dan disiplin dengan mengaitkan gagasan-gagasan melalui minatnya. Pada model ini keterpaduan terjadi secara internal dan intrinik yang dilakukan oleh siswa dengan sedikit atau tanpa intervensi dari luar. Siswa dalam pembelajaran harus memiliki kemampuan sebagai seorang ahli, sehingga dalam melihat sesuatu dia pandang pada satu kaca mata disiplin yang dimilikinya. Model ini hanya dapat diterapkan pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi.
10.  Model Networked
Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi maupun konteks berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa. Pendekatan terpadu dapat diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran.
Di Indonesia khususnya di tingkat pendidikan dasar terdapat 3 model pendekatan terpadu yang sedang berkembang yaitu: model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated).

Posting Komentar untuk "Pendekatan Integratif dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM PEMBELAJARAN IPA"