Strategi Mengajar Multiple Intelligences dengan Contoh
Teori
intelegensi ganda (multiple intelligences) atau dalam
bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai teori kecerdasan majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh
Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan
dari Graduate
School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Ia
menuliskan gagasannya tentang intelegensi ganda dalam bukunya Frames
of Mind pada tahun 1983.
Penelitian Gardner (1993) selama lima belas tahun menunjukkan setiap manusia memiliki berbagai cara untuk menjadi cerdas. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mengembangkan berbagai macam ketrampilan penting untuk cara hidupnya. Baik itu seorang pedagang, pelaut, penari, olahragawan, dokter, guru dan lain-lain. Setiap orang akan menggunakan caranya masing-masing untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kemampuan dirinya untuk menciptakan produk-produk tertentu. Semua peran yang ada pada semua manusia diperhitungkan dalam mendefinisikan kata intelegensi. Chatib (2011: 108) menyatakan bahwa ketika ditarik ke dunia pendidikan maka Multiple Intelligences menjadi sebuah strategi pembelajaran. Strategi Multiple Intelligences dapat digunakan untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Strategi ini dapat menampung semua metodologi pembelajaran. Inti strategi Multiple Intelligences adalah cara guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Dengan kata lain guru perlu menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa
Penelitian Gardner (1993) selama lima belas tahun menunjukkan setiap manusia memiliki berbagai cara untuk menjadi cerdas. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mengembangkan berbagai macam ketrampilan penting untuk cara hidupnya. Baik itu seorang pedagang, pelaut, penari, olahragawan, dokter, guru dan lain-lain. Setiap orang akan menggunakan caranya masing-masing untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kemampuan dirinya untuk menciptakan produk-produk tertentu. Semua peran yang ada pada semua manusia diperhitungkan dalam mendefinisikan kata intelegensi. Chatib (2011: 108) menyatakan bahwa ketika ditarik ke dunia pendidikan maka Multiple Intelligences menjadi sebuah strategi pembelajaran. Strategi Multiple Intelligences dapat digunakan untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Strategi ini dapat menampung semua metodologi pembelajaran. Inti strategi Multiple Intelligences adalah cara guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Dengan kata lain guru perlu menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa
Menurut
howard Gardner, pencetus teori Multiple Intelligences dari Harvard
University mengemukakan kecerdasan jamak terdiri dari :
1) Linguistik Smart (Cerdas Berbahasa)
2) Mathematic logic Smart ( Cerdas Angka dan Logika )
3) Spacial Visual Smart ( Cerdas Gambar dan Ruang)
4) Music Smart ( Cerdas Musik / Seni )
5) Bodly Kinestetic (Cerdas Gerak )
6) Kecerdasan Interpersonal ( Cerdas Bergaul )
7) Interpersonal Smart ( Cerdas Diri )
8) Natural Smart ( Cerdas Alam )
Menurut
Thomas Amstrong (1994 : 31) Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences
adalah suatu cara mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada
pada masing-masing siswa, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh
keceerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan.
Sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan cara yang
menakjubkan.
Inti
pengajaran strategi multiple intelligences adalah siswa belajar aktif.
Menurut L. Dee Fink (1999) pembelajaran siswa aktif (active learning) adalah
suatu proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan
menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Metode pengajaran berdasarkan
teori multiple intelligences dapat meningkatan aktivitas dan rasa senang
siswa terhadap palajaran (Said, 2015; Sugiharti, 2005).
a.Strategi
mengajar kecerdasan linguistik ( Cerdas Bahasa )
Strategi belajar linguistik
menekankan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata, menggunakan bahasa untuk
mengekpresikan dan menghargai makna yang kompleks. Ini dapat dilakukan dengan
aktivitas membaca, menyimak, mengeja, menulis, diskusi serta menirukan suara
dan bahasa. Mengajar menggunakan
strategi pendekatan linguistik memungkinkan proses input pengetahuan terjadi
pada cluster otak bagian lobus temporal kiri dan lobus frontal ( area Broca dan
Wernicke ), yaitu suatu area yang bertanggung jawab terhadap kemampuan
menggunakan bahasa, baik membaca,menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan
berdebat.
Berikut
ini berbagai strategi mengajar yang melibatkan kecerdasan linguistik. Ceramah, Diskusi,
Tanya Jawab, Wawancara, Presentasi, Pelaporan Oral, Reporter, Bercerita, Dongeng,
Debat, Membaca Nyaring, Puisi, Tebak kata, Aksara Bermakna, Pantun, Menulis
Imajinatif, Menulis informasi, Menulis Cerpen, Menulis Novel, Menulis cerita
dari komik, Menulis Laporan, Menulis Personal, Kosakata, Teka teki silang , Pidato,
Acak kata, Menyusun Skenario.
b.Strategi
mengajar kecerdasan logis matematis (Cerdas Angka )
Kecerdasan matematis logis
menekankan kemampuan dalam berhitung, mengukur, mempertimbangkan hipotesis,
serta menyelesaikan operasi-operasi angka. Karakteristik kecerdasan ini berupa
: kemampuan menghitung, memperkirakan, menafsirkan pola-pola dan hubungan.
Kecerdasan Matematis logis tidak terbatas pada pelajaran matematika dan ilmu
pengetahuan alam saja, namun juga berlaku untuk semua dimensi pengetahuan,
termasuk ilmu sosial dan humaniora. Strategi mengajar berdimensi matematis
logis sangat mungkin digunakan dalam pembelajaran sosial, olahraga, agama,
seni, kerajinan tangan, bahkan juga pendidikan kewarganegaraan. Mengajar dengan
pendekatan kecerdasan matematis logic memungkinkan proses input pengetahuan
terjadi pada lobus frontal kiri dan parietal kanan, tepatnya di atas alis.
Berikut
ini beberapa strategi mengajar kecerdasan logis matematis :Pengamatan, Discovered,
Problem Solving, Identifikasi, Klasifikasi, Separasi, Kuantifikasi, Komparasi, Prosedural
Teks, Pendataan, Tebak Angka, Tebak Simbol, Sudoku, Latihan Soal, Jawaban Soal,
Eksperimen, Action Research, Studi Kasus, Analogi, Tebak Logis.
3.Strategi
Mengajar Spasial Visual
Spasial visual menekankan kemampuan
imajinasi proyeksi tertentu, berpikir secara dimensi. Karakteristik strategi
belajar spasial visual dapat dilakukan dengan belajar dengan melihat,
mengamati, mengenali bentuk-bentuk benda, wajah, warna, menggunakan gambar
visual sebagai alat bantu dalam mengingat informasi. Dahsyatnya kekuatan gambar
pada anak-anak usia sekolah telah dibuktikan dari hasil riset. Menurut para
ahli otak, 65% anak adalah pembelajar visual.
Berikut
strategi-strategi mengajar yang melibatkan kecerdasan spasial visual
diantaranya: Mind Mapp, Tulisan Tangan dan Pasir, Menulis Udara, Urutan Gambar,
Tebak Gambar, Menggambar Imajinatif, Hurup Dalam Warna, Tebak Sketsa Wajah, Menggambar
Makna Simbol, Membaca Peta, Movie Learning, Menebak Peta, Membaca Gambar, Tebak
Angka Dalam Warna, dan Flash Card.
4.Strategi
Mengajar Kecerdasan Musik ( Cerdas Musik )
Strategi belajar musik menekankan
kemampuan seseorang terhadap sensitivitas pada pola titi nada, melodi, ritme,
dimana musik dapat dipahami dengan melibatkan semua fungsi panca indera.
Karakteristik strategi belajar kecerdasan musik dengan mendengarkan dan
merespon dengan keterkatarikan terhadap berbagai bunyi, menikmati musik atau
suara-suara alam pada suasana belajar. Setiap orang adalah seniman. Dikutip
dari Live Science, bahwa musik mampu mempengaruhi otak dengan cara yang luar
biasa, ketika seseorang sedang mendengarkan musik. Siswa yang melakukan
apersepsi sebelum belajar, otaknya akan terkondisi pada frekuensi 9-13 hertz, artinya
otak siswa berada dalam kondisi alpa, yaitu suatu kondisi rileks, santai dan
memikirkan jalan keluar terhadap suatu masalah dan siap mempelajari suatu
materi. (Said, 2010). Tidak di mungkiri, di antara siswa kita di kelas merasa
mudah menerima pelajaran jika sembari mendengarkan musik. Pengetahuan terjadi
pada cluster otak bagian cerebllum, ganglia basal, dan motor korteks.
Berikut
strategi-strategi mengajar yang melibatkan kecerdasan musik ( seni ), di
antaranya :Parodi, Konser, Games Tebak Bunyi, dan Bernyanyi.
5.Strategi
Mengajar Kecerdasan Kinestetik ( Cerdas Gerak )
Strategi belajar kinestetik
menekankan kemampuan olah tubuh kedalam bentuk gerakan tertentu. Karakteristik
dasar kecerdasan kinestetik adalah memiliki kegemaran dalam bidang olahraga
/olah tubuh, menciptakan gerakan-gerakan baru dalam menari atau kegiatan atau
kegiatan fisik lainnya. Konsekuensi dasar gaya belajar kinestetis adalah siswa
sulit mempelajari hal yang abstrak, siswa tak bisa duduk diam saat belajar, dan
energi geraknya cukup tinggi, kita sering menyebut anak aktif yang tak bisa
diam sehingga jika tak disalurkan dapat berpengaruh pada konsentrasi
belajarnya.
Berikut
strategi-starategi mengajar yang melibatkan kecerdasan kinestetik di antaranya
: Jawaban Stik, Memancing Ikan, Lompatan Benar Salah, Matematika Basket, Gerakan
Kreatif, Games Ular Tangga, Simulasi, Demontrasi, Bermain Peran, Lari kanan
Kiri Benar Salah, Injak Angka, Lekukan Geometri, dan Kartu Domino.
6.Strategi
Mengajar Kecerdasan Interpersonal ( Cerdas Bergaul )
Merupakan kemampuan memahami dan
berinteraksi dengan orang lain secara efektif, meliputi kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain dan menjaga hubungan. Karakteristik ini terkait dengan
menjaga hubungan sosial dan berpartipasi dalam kegiatan kelompok. Mengajar
menggunakan pendekatan kecerdasan interpersonal memungkinkan proses input
pengetahuan terjadi pada cluster otak bagian lobus frontal, lobus temporal,
hemisphere kanan dan sistem limbic. Berikut strategi-strategi mengajar yang
melibatkan kecerdasan interpersonal, diantaranya : Kerja Kelompok, Kartu Soal, Sosiodrama,
Memberi dan Menerima, Jigsaw, Cerdas Cermat Berantai, dan Surat Untuk Sahabat.
7.Strategi
Mengajar Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan membuat persepsi yang
akurat tentang diri sendiri dan kemampuan mengarahkan kehidupan seseorang.
Karakteristik kecerdasan intrapersonal adalah sadar akan emosi dan mampu
memberikan membedakan emosi, memahami perasaan sendiri, termasuk kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, mempraktekan nilai-nilai hidup dan membangun hidup
dengan suatu sistem nilai etika ( agama ). Mengajar pendekatan kecerdasan
intrapersonal memberikan wawasan agar kita menjadi diri sendiri, bukan membuat
kamuflase diri sendiri menjadi orang lain. (Chatib dan Said, 2012 : 96).
Mengajar menggunakan strategi pendekatan intrapersonal memungkinkan proses
input pengetahuan terjadi pada cluster otak bagian lobus frontal, lobus
parietal dan sisitem limbic. Secara khusus,sistem limbic dalam bertanggung
jawab terhadap pengaturan kondisi emosional pikiran (perasaan), menyimpan
kenangan yang sangat emosional dan mmengendalikan motivasi. ( Amen, 2011:50).
Strategi mengajarnya antara lain Games Siapa Saya, Pertanyaan dimulai dari
siswa, Mengenal tokoh, Kontrak nilai, dan Manipulasi Identitas.
8.Strategi
Mengajar Kecerdasan Naturalis
Strategi belajar naturalis
berhubungan dengan lingkungan, flora dan fauna, memiliki kepedulian untuk
kelestarian alam. Karakteristik kecerdasan naturalis berupa : memelihara hewan
kesayangan, merawat tanaman, membedakan anggota-anggota species, mengenali
eksistensi spesies lain serta menunjukkan kesenangan terhadap dunia dan
tumbuhan. Amstrong (2009 : 100), jika sebuah kelas dimana gaya belajar dan
kecenderungan kecerdasan siswa dominan naturalis, disarankan melakukan dua hal:
pertama, proses pembelajaran perlu lebih dilakukan di luar kelas yang diatur
secara alami. Kedua, dunia alam perlu dibawa lebih banyak ke dalam kelas dan
area lainnya di dalam gedung sekolah, sehingga siswa yang cenderung naturalis
dapat memiliki akes yang lebih besar. Strategi yang dipilih untuk dimasukkan
dalam pengajaran menggunakan pendekatan naturalis, meliputi dari salah satu
atau kedua pendekatan seperti yang disarankan Amstrong.
Berikut
ini strategi –strategi mengajar yang melibatkan kecerdasan naturalis, di
antaranya : Tebak suara hewan, Identifikasi tumbuhan, Matematika Daun, dan Karyawisata.
Posting Komentar untuk "Strategi Mengajar Multiple Intelligences dengan Contoh "