Pendekatan Man Power dalam Perencanaan Pendidikan
Pengertian
pendekatan Man Power
Menurut
Effendi (2000:26) “Pendekatan man power
adalah pendekatan yang lebih menekankan pada pendayagunaan tenaga kerja hasil
suatu sistem pendidikan”. Sedangkan
menurut Yagi (2010) ”Pendekatan Man Power atau ketenagakerjaan adalah pendekatan yang
mendisain perencanaan pendidikan dikaitkan dengan pengembangan tenaga manusia
melalui pendidikan, guna memenuhi tuntutan kebutuhan sektor perekonomian”.
Dengan demikian, perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan terhadap
penerimaan ketenagakerjaan akan mengidentifikasikan mengenai besarnya kebutuhan
tenaga kerja untuk kurun waktu tertentu.
“Pengembangan
sumber daya manusia melalui sistem pendidikan adalah suatu syarat yang penting
untuk perkembangan ekonomi dan merupakan suatu penanaman sumber daya yang
langka yang baik, hasil pola dan kualitas pendidikan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja”. (Coombs, 1982:34).
Pendekatan
tenaga kerja berguna untuk mengatasi kesenjangan tenaga kerja dan
ketidakseimbangan yang ekstrim dalam pola hasil pendidikan yang membutuhkan
perbaikan. Pendekatan ini hampir tidak
memerlukan penelitian statistik yang terperinci. Pendekatan tenaga kerja
dapat juga memberikan bimbingan yang bermanfaat bagi pendidik tentang bagaimana
kualifikasi pendidikan pekerja untuk dikembangkan di masa mendatang. Misalnya,
bagaimana seharusnya proporsi relatif dari orang yang berpendidikan atau
tingkat pendidikan yang lebih rendah, pendidikan menengah, dan berbagai latihan
setelah pendidikan tingkat menengah. Hal ini sangat berguna untuk diketahui
para perencana pendidikan, tetapi jauh berbeda dari syarat-syarat tenaga kerja
yang terperinci (Coombs, 1987: 37).
Perlu
diperhatikan pula bahwa perhitungan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan
lapangan kerja yang tersedia maupun yang akan tersedia tidak terlepas dari
faktor kualitas yang diharapkan. Semua ini mempunyai implikasi bahwa seorang
perencana pendidikan setidak-tidaknya dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan
perkembangan, baik secara kualitas maupun kualitas, terutama menyangkut
sektor-sektor ekonomi dengan pedistribusian yang dapat diproyeksi.
Timan
(2004:17) “Pertumbuhan ekonomi tidak hanya memerlukan sumber dan fasilitas fisik,
tetapi juga memerlukan sumber-sumber manusia yang mengorganisasi dan
menggunakan fasilitas fisik. Jadi pengembangan sumber manusia melalui sistem pendidikan adalah suatu syarat
penting untuk pertumbuhan ekonomi dan suatu investasi yang baik dari sumber-sumber
yang langka, dengan menentukan pola dan mutu output pendidikan sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja di bidang perekonomian”.
Banyak
ahli ekonomi yang menyukai pendekatan man power terhadap perencanaan
pendidikan.” Argumen yang mendukungnya secara singkat dapat dikemukakan sebagai
berikut: pertumbuhan ekonomi adalah sumber utama suatu pembangunan nasional
secara menyeluruh dan oleh karenanya menjadi pertimbangan utama dalam
mengalokasikan sumber-sumbernya”. (Timan, 2004:26)
Kelebihan Pendekatan Man Power
Menurut
Arifin (2010) ada beberapa kelebihan dari pendekatan man power adalah:
a. Prospek pembelajaran atau layanan
pendidikan di satuan pendidikan mempunyai aspek korelasionalyang tinggi dengan
tuntutan dunia kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Pendekatan ini mengharuskan adanya
keterjalinan yang erat antaralembaga pendidikan dengan dunia usaha dan
industri, hal ini tentu sangat positif untuk meminimalisir terjadinya
kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia industri dan usaha.
Kekurangan
pendekatan Man Power
Selain
kelebihan, kekurangan pendekatan ketenagakerjaan adalah
a. Mempunyai peranan yang terbatas terhadap
perencanaan pendidikan, karena pendekatan ini telah mengabaikan peran sekolah
menengah umum, dan lebih mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk memenuhi
kebutuhan dunia kerja.”Dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum, pendidikan
kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda. Lembaga pendidikan kejuruan lebih
menekankan pada usaha mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertantu” (UUSPN dalam Wena, 1997:1).
Namun dalam realitasnya masih
banyak lulusan sekolah menengah kejuruan yang menganggur (outputnya tidak
terserap di dunia kerja).
b. Perencanaan ini lebih menggunakan
orientasi, klasifikasi, dan rasio antara permintaan dan persediaan.
c. Tujuan utamanya untuk memenuhi dunia kerja,
sedangkan disisi lain tuntutan dunia kerja selalu berubah-ubah (bersifat
dinamik) begitu cepat, sehingga lembaga pendidikan kejuruan sering kurang mampu
mengatasinya dengan baik.
Selain
itu kesalahan penerapan pendekatan man power antara lain:
Pertama, pendekatan
ini memberi bimbingan terbatas kepada para perencana pendidikan.
Tidak pernah
membicarakan pendidikan dasar (karena memang kurang berhubungan dengan
pekerjaan), bahkan implikasinya menghambat perluasan pendidikan dasar. Sebagian
besar studi man power mengarahkan perhatiannya kepada man power tingkat tinggi
yang dibutuhkan oleh sektor modern(sebagian besar tenaga kerja kota). Jadi
perencana diberi data yang tidak berguna bagi pendidikan orang-orang yang akan
menjadi tenaga kerja bangsa di masa depan yang sebagian besar memerlukan tenaga
kerja semi-terampil dan tidak terampil di kota, serta tenaga kerja yang sebagian
besar hidup di desa.
Kedua,
klasifikasi pekerjaan dan rasio tenaga kerja (umpamanya, rasio yang diinginkan
antara insinyur dan tenaga teknis, dokter dan perawat) yang digunakan dalam
mengadakan studi man power di negara-negara sedang berkembang, begitu juga
asumsi kualifikasi pendidikan bagi setiap pekerjaan, biasanya dipinjam dari
negara industri dan tidak sesuai dengan kenyataan di negara sedang berkembang
tersebut. Rencana pendidikan yang didasarkan pada asumsi yang salah dapat
berakibat salahnya persiapan generasi muda untuk jabatan yang akan dipangkunya.
Ketiga, ketidakmungkinan membuat perkiraan yang dapat dipercaya tentang
kebutuhan man power untuk menjadi nilai nyata perencanaan pendidikan, karena
banyaknnya faktor terlibat. Makin terperinci dan makin panjangnya suatu
perkiraan, makin tidak dapat dipercaya kebenarannya.
Menurut
Vembrianto(1985: 48) Kelemahan Pendekatan Man Power yaitu :
1. Pendekatan ini mempunyai peranan yang
terbatas terhadap perencanaan pendidikan, pendekatan ini mengabaikan sekolah
dasar karena dipandang sebagai tidak berhubungan dengan dunia kerja sehingga
hanya mengutamakan pendidikan yang menghasilkan man power “tingkat tinggi” yang
diperlukan oleh sektor dunia pekerjaan modern, padahal di masa depan masih
tetap diperlukan tenaga-tenaga semi-skilled dan unskilled baik di kota-kota
maupun di desa-desa
2. Pendekatan ini menggunakan klasifikasi dan
ratio manpower (ratio dokter- juru rawat, insinyur-tukang, dll), yang
didasarkan atas keadaan masyarakat yang telah mencapai taraf ekonomi industri,
dengan demikian tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan di Negara-negara
berkembang, akibatnya terjadi pendidikan yang salah atau berlebihan yang
dipersiapkan untuk jabatan-jabatan tertentu.
3. Kesulitan ketiga ialah disebabkan oleh
tidak mungkinnya membuat forecasting yang dapat dipercaya mengenai kebutuhan
man power yang diperlukan bagi perencanaan pendidikan, karena adanya ketidak
pastian ekonomik, teknologik,dll., lebih-lebih di Negara-negara berkembang;
makin terperinci jabatan-jabatan itu, dan makin panjang jangka waktu yang
dimasukkan dalam perencanaan itu, makin tidak dapat dipercaya perencanaan
tersebut; pasaran kerja itu sangat labil, bergerak dari keadaan kekurangan ke
kelebihan.
Tujuan
pendekatan Man Power
Yang
dimaksud dengan ketenagakerjaan menurut A. W. Guruge dalam Udin S
(2005:239)”Gearing on educational eforts to the fulfiment of national man
powerrequirement”. Jadi menurut Guruge pendekatan ini bertujuan
mengarahkankegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional
akan tenaga kerja.
Pendekatan
ini mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan
terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan seperti sektor ekonomi,
pertanian, perdagangan dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa
pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperolehkesempatan kerja
yang lebih baikhingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan
karena dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang.
Karena itu, tekanan utama adalah relevansi program pendidikan denganberbagai
sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan ketenagaan.
Pendidikan
kejuruan dan teknologi baik pada tingkat menengah maupun tingkat universitas
merupakan prioritas. Untuk memenuhi tuntutan relevansi seperti yang telah
disebutkan, kurikulum dikembangkan sedemikian rupa hingga lulusan yang
merupakan output sistem pendidikan sipa pakai di lapangan. Implikasi dari
pendekatan ini adalah pendidikan harus diorientasikan kepada pekerjaan yang
mungkin diperlukan di pasaran kerja.
Pertimbangan
dalam menyusun pendekatan Man Power
Menurut
Arifin (2010) Apabila pendekatan ini dipakai oleh para penyusun perencanaan
pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Melakukan kajian atau analisis tentang
beragam kebutuhan yang diperlukan oleh dunia kerja yang ada di masyarakat
secermat mungkin.
b. Melakukan kajian atau analisis tentang
beragam bekal pengetahuan dan keterampilan apa yang perlu dimiliki oleh peserta
didik agar mampu menyesuaikan diri secara cepat(adaptif) terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia kerja.
c. Mengkaji atau menganalisis tentang sistem
layanan pendidikan yang terbaik dan mampu memberikan bekal yang cukup bagi
siswa untuk terjun di dunian kerja, oleh karena itu perludilakukan anlisis
peluang kerja dan menjalin kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia
usaha dan industri.
Sa’ud
dan Makmun A. S (2005: 243) “ Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan
dalam pendekatan kebutuhan ketenaga kerjaan mengutamakan kepada keterkaitan
lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan
dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk
membantu lulusan memperolah kesempatan kerja yang lebih baik sehingga tingkat
kehidupannya dapat diperbaiki”.
Posting Komentar untuk "Pendekatan Man Power dalam Perencanaan Pendidikan"