Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Takut Memiliki Seorang Anak? Kenapa?

Setelah menikah, biasanya pasangan suami istri akan mengidamkan untuk memiliki anak. Namun tak jarang juga mereka menunda untuk memiliki anak dikarenakan psikologi. Dalam benak mereka akan bertanya apakah saya siap jadi orang tua? Apakah saya mampu menyayangi dan melindungi anak? Pertanyaan seperti ini akan menimbulkan keraguan pada pasangan muda untuk memiliki anak. Padahal, secara fitrahnya, Manusia akan memperbanyak keturunan mereka sendiri. 


Di dalam hati kedua orang tua, secara Fitrah, akan tumbuh perasaan cinta terhadap anak dan akan tumbuh pula perasaan psikologis lainnya berupa perasaan kebapakan dan keibuan untuk memelihara, mengasihi, menyayangi, dan memperhatikan anak. Andaikan perasaan-perasaan psikologis semacam ini tidak ada, niscaya spesies manusia ini akan lenyap dari permukaan bumi, kedua orang tua tidak akan sabar memelihara anak mereka,  tidak akan mau mengasuh dan mendidik, tidak akan mau memperhatikan persoalan dan kepentingan-kepentingan anaknya. Jadi, memang rasa cinta dan sayang kepada anak akan tumbuh dengan sendirinya ketika orang tua mulai dari saat mengandung, melahirkan dan saat membesarkan anaknya. Jadi, bagi pasangan muda, jangan takut untuk segera memiliki anak karena Insyaallah dengan kehadiran anak kehidupan akan lebih bermakna dan bahagia karena kasih sayang terhadap anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Di antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan oleh Tuhan di dalam hati kedua orangtua adalah perasaan kasih sayang terhadap anak-anak.  Perasaan ini merupakan Kemuliaan bagi orang tua dalam mendidik, mempersiapkan, dan membina anak-anak untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan paling besar. 

Lalu bagaimana dengan banyaknya kejadi penyiksaan kepada anak oleh orang tua? Orang yang hatinya kosong dari perasaan kasih sayang akan bersifat keras dan kasar. Tidak diragukan lagi bahwa di dalam sifat-sifat yang buruk ini akan terdapat interaksi terhadap kelainan anak-anak dan akan membawa anak-anak ke dalam penyimpangan kebodohan dan kesusahan. Oleh karena itu menanamkan tabiat kasih sayang di dalam hati dan bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak adalah kewajiban bagi orang tua atau para pendidik dan orang-orang yang bertanggung jawab di sekitarnya. Dan sebagai manusia, kita sudah sepatutnya memahami bahwa segala perbuatan akan dibalas di akhirat kelak.

Dan tidak pula mengherankan ketika kasih sayang itu telah tertanam didalam hati orang tua maka mereka akan melaksanakan kewajibannya dan melindungi hak serta tanggung jawab terhadap anak-anak mereka sebagai kewajiban yang telah dipikulkan oleh Tuhan mereka. 
Kelahiran anak perempuan sama halnya dengan kelahiran anak laki-laki mereka semua adalah anugerah dan tanggung jawab bagi orangtua mereka anak perempuan dan laki-laki tidak ada bedanya dan kita tidak boleh atau haram untuk membenci anak-anak perempuan. Ketika seseorang mencapai taraf kayakinan yang tinggi dan mempercayai ketentuan takdir baik dan buruknya itu dari Tuhan maka akan tampak kecil Segala peristiwa dan musibah yang menimpa dirinya, ia akan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, jiwanya akan merasa tenang hatinya akan tabah menghadapi takdir. 

Bagaimana pandangan menghukum dan meninggalkan anak untuk kepentingan pendidikan? Ketika anak masih kecil yang hidup di dalam buaian kedua orang tuanya dan pada saat berada pada masa usia belajar dan pendidikan, adanya orang tua dan pendidik yang mempunyai suatu metode untuk memperbaiki, meluruskan kepincangan, dan mendidik anak-anaknya tentu sangat diharapkan bagi perkembangan anak tersebut. Mendidik anak dengan beberapa pola, yakni nasihat yang lemah lembut, melarang, dan memukul dengan pukulan yang lemah lembut. 

Jika memang cukup dengan nasihat yang lemah lembut, Maka orang tua tidak diperkenankan beralih ke cara lain begitu pula jika memang sudah cukup dengan cara pemboikotan maka tidak diperkenankan beralih ke cara lain yakni dengan memukulnya.  Pemukulan dengan tanpa sampai melukai, baru diperkenankan jika kedua cara sebelumnya,  nasihat dan boikot sudah tidak mempan lagi. Dengan pemukulan tersebut, yang merupakan cara terakhir, dilakukan agar orang tua dapat menemukan cara yang dapat memperbaiki diri anak dan membina pada pola laku dan kenakalannya.

Begitulah konsep mendidik anak. Hal ini memang menimbulkan kontroversi di tengah tengah masyarakat. Namun, mendidik dengan memberikan teladan dan nasihat yang baik adalah pokok utama dalam sebuah pendidikan. Yakinlah bahwa anak diibaratkan sehelai kertas putih yang akan diisi oleh sikap dan sifat hasil dari pendidikan itu sendiri.

Posting Komentar untuk "Takut Memiliki Seorang Anak? Kenapa?"