Tugas Akhir Modul 3 PKn PPGDALJAB
1.
Penyakit budaya, seperti: prasangka, stereotipe, etnosentrisme dan
diskriminatif menjadi salah satu bentuk ancaman disintegrasi bangsa. Bagaimana
menurut Anda, upaya antisipasi untuk mencegah tumbuhkembangnya penyakit budaya
tersebut, pada masyarakat mejemuk di Indonesia. Berikan analisis secara
komprehensif.
Upaya
antisipasi untuk mencegah tumbuh kembangnya penyakit budaya sebagai salah satu
ancaman terhadap disintegrasi bangsa dapat dilakukan melalui :
1.
Pembangunan nation and character building, yaitu membangun karakter warga yang
cinta terhadap bangsa dan tanah air Indonesia dengan menanamkan sikap bangga
terhadap identitas nasional sebagai jati diri bangsa. Bentuk-bentuk identitas
nasional Indonesia sebagai berikut: (1) Bahasa nasional atau bahasa persatuan
adalah Bahasa Indonesia; (2) Bendera negara adalah Sang Merah Putih; (3) Lagu
kebangsaan adalah Indonesia Raya; (4) Lambang negara adalah Garuda Pancasila;
(5) Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika; (6) Dasar falsafah negara adalah
Pancasila; (7) Konstitusi (Hukum Dasar) Negara adalah UUD NRI 1945; (8) Bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia; (9) Konsepsi Wawasan Nusantara; dan (10)
Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.
2.
Menghormati
perbedaan suku, budaya, agama, dan warna kulit. Perbedaan yang ada akan menjadi
indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena merupakan
salah satu kekayaan bangsa.
3.
Mempertahankan
kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa, bahasa persatuan, dan
tanah air Indonesia, serta memiliki Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Sang Saka Merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
4.
Memiliki
semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat mewujudkan
persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik alamiah maupun
aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Wawasan nusantara
meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas, kerjasama,
dan kesetiakawanan terhadap ikrar bersama. Memiliki wawasan nusantara berarti
memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dan dipelihara
oleh semua komponen masyarakat. Ketentuan-ketentuan itu, antara lain Pancasila
sebagai landasan dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional. Ketentuan
lainnya dapat berupa peraturan-peraturan yang berlaku di daerah yang mengatur
kehidupan bermasyarakat.
5.
Mentaati
peraturan agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan dengan tertib dan
aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat
menimbulkan perpecahan.
2.
Panca Gatra yang meliputi aspek IPOLEKSOSBUDHANKAM, dievaluasi
masih banyak kelemahan dalam implementasinya untuk menjaga keutuhan NKRI.
Berikan analisis secara komprehensif terhadap kondisi tersebut.
Kelemahan
implementasi Panca Gatra untuk menjaga NKRI :
1.
Aspek Ideologi
Pancasila sebagai ideologi saat ini
mulai tersingkir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila
yang terkandung di dalam sila-silanya menjadi tidak termaknai dengan baik dalam
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kondisi ini dapat terjadi karena
Pancasila, bagi sebagian masyarakat, baru sebatas hal yang mempengaruhi pola
perasaan dan pola pikir, belum sampai ke perilaku kesehariannya atau pola
tindakannya, sehingga berakibat pada rendahnya ketahanan terhadap pengaruh luar
yang mengedepankan kebutuhan materiil.
Pemerintah yang diharapkan menjadi
penjaga dalam melestarikan nilai-nilai Pancasila ternyata tidak melahirkan
kebijakan-kebijakan yang berlandaskan pada falsafah negara tersebut. Banyak
kebijakan negara yang arahnya bertentangan dengan prinsip-prinsip atau
pilar-pilar Pancasila.
Disisi lain, masing-masing individu,
baik itu kelompok masyarakat hingga kalangan pejabat pemerintahan
mengapresiasikan pemikiran-pemikirannya dari ideologi-ideologi yang mereka
pahami dalam realitas kehidupan. Masing-masing membentuk golongan dan
kelompok-kelompok sendiri demi untuk mengkampanyekan ideologi-ideologi yang
mereka yakini dan berusaha untuk mewabahi pikiran dan keyakinan masyarakat atas
ideologi tersebut.
Padahal sampai detik ini, Pancasila
merupakan falsafah, dasar negara, ideologi negara. Ini berarti kita percaya
bahwa Pancasila sebagai sumber inspirasi dan sumber solusi atas permasalahan
bangsa.
2.
Aspek Politik
Gatra politik sejatinya berkaitan
dengan kemampuan mengelola nilai dan sumber daya bersama agar tidak menimbulkan
perpecahan, stabil dan konstruktif untuk pembangunan. Politik yang stabil akan
memberikan rasa aman serta memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional,
sehingga pada gilirannya akan memantapkan ketahanan nasional suatu bangsa.
Namun faktanya, dalam kondisi kekinian
bangsa Indonesia, sikap politik yang dipertontonkan oleh kalangan elit justru
memprovokasi berbagai isu-isu krusial seperti suku, agama, ras dan golongan yang
dapat memicu perpecahan serta disintegrasi bangsa. Keputusan-keputusan politik
yang diambil lebih banyak dilandasi oleh kepentingan dan keuntungan kelompok
tertentu tanpa memikirkan kepentingan masyarakat banyak. Bahkan elit politik
cenderung menghalalkan berbagai macam cara hanya untuk meraih kekuasaan dan
mengabaikan kepentingan masyarakat.
3.
Aspek Ekonomi
Gatra ekonomi seharusnya diarahkan
pada landasan yang bertumpu kekuatan pertumbuhan perekonomian, pemerataan, dan
stabilitas ekonomi. Inilah pondasi perekonomian nasional yang harus di bangun.
Namun, nyatanya masih banyak kebijakan negara yang arahnya bertentangan dengan
prinsip-prinsip atau pilar-pilar ekonomi Pancasila, seperti dalam kebijakan
impor beras, kebijakan rekapitulasi perbankan, utang luar negeri dan
sebagainya, serta praktik ”markup” dan korupsi yang meluas di pemerintahan.
Bagaimana mungkin mengharapkan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi
dapat dilaksanakan oleh masyarakat luas, sementara pemerintah selaku pemilik
kebijakan juga tak menjadikan Pancasila sebagai dasar pengambilan keputusan.
4.
Aspek Sosial Budaya
Kelemahan implementasi gatra sosial
budaya menjadi salah satu yang paling nyata terlihat di lingkungan masyarakat Indonesia
saat ini. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mulai
pudar. Banyak perilaku-perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, misalnya; perilaku diskriminatif terhadap pemeluk agama berbeda,
tindakan persekusi dan main hakim sendiri, tawuran antar pelajar dan kelompok
masyarakat, pemaksaan kehendak kepada orang lain, perilaku korupsi, kolusi dan
nepotisme hingga kalangan generasi muda yang mulai melupakan budaya sendiri
karena menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern.
Tidak dapat dipungkiri arus
globalisasi yang semakin gencar menjadi salah satu penyebab tergerusnya nilai-nilai
Pancasila yang selama ini telah dijadikan pandangan hidup di tengah-tengah
masyarakat. Kondisi tersebut diperparah dengan semakin minimnya pengetahuan
masyarakat, terutama kalangan generasi muda terhadap pengamalan nilai-nilai
Pancasila. Hal ini disebabkan seluruh struktur dan bangunan dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila telah dihapus pasca reformasi di
Indonesia.
Banyak perilaku-perilaku masyarakat
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila juga disebabkan sikap
eksklusifisme, yaitu maraknya kelompok yang
menganggap lebih baik dan kuat dari pada kelompok lain, terutama kelompok yang
berdasarkan primordialisme. Selanjutnya adalah kesenjangan sosial yang semakin
melebar di tengah-tengah masyarakat, lemahnya penegakan hukum hingga kurangnya
keteladanan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dari tokoh bangsa
dan tokoh masyarakat.
5.
Aspek Pertahanan dan Keamanan
Saat ini Indonesia dihadapkan pada
berbagai ancaman, baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri.
Ancaman dari luar negeri misalnya terkait konflik perbatasan dan pelanggaran
wilayah seperti yang terjadi di Pulau Natuna yang melibatkan China. Sedangkan
ancaman dari dalam seperti gerakan separatis yang dilakukan oleh beberapa
kelompok yang ingin melepaskan diri dari Indonesia, aksi terorisme, konflik
horizontal hingga perang cyber di era abad 21.
Aksi terorisme yang menyasar objek
vital, tempat-tempat penting dan strategis serta rumah ibadah di berbagai
daerah merupakan ancaman terhadap keamanan negara yang paling sering terjadi
beberapa tahun terakhir. Aksi terorisme ini tidak hanya mengaganggu keamanan
negara, namun sengaja diciptakan untuk menimbulkan keresahan masyarakat yang
pada akhirnya mengganggu stabilitas nasional.
Berbagai ancaman yang muncul dari
dalam negeri tersebut umumnya akibat kesenjangan sosial yang semakin lebar di
tengah masyarakat, kurang tegas dan tidak adilnya penegakan hukum yang
dirasakan masyarakat serta tidak meratanya pelaksanaan pembangunan. Kondisi ini
menyebabkan masyarakat rentan untuk di provokasi sehingga dapat menimbulkan
kerugian besar bagi negara.
3.
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, salah satu
tantangan yang dihadapi berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi terutama menjamurnya social media
dan kebebasan berpendapat saat ini, potensi konflik dan perpecahan yang berawal
dari hal-hal sepele seperti membuat pernyataan atau memberi komentar di sebuah
akun social media bisa saja terjadi. Menurut Anda, bagaimana menyikapi hal ini?
dan bagaimana peran seorang pendidik dalam mewujudkan generasi milenial yang
berintegritas nasional?
Abad
21 yang ditandai berkembangnya teknologi informasi telah memberikan dampak
besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir seluruh sendi-sendi kehidupan
terambah dengan moda-moda informasi dan komunikasi serba digital yang ditandai
munculnya media baru berbasis internet dan web. Proses digitalisasi yang terus
berkembang tersebut telah memberikan implikasi terhadap perubahan nilai, cara
pandang dan pola-pola perilaku masyarakat.
Salah
satu dampak perkembangan teknologi informasi adalah menjamurnya penggunaan
media sosial di tengah-tengah masyarakat. Hampir seluruh lapisan dan dengan
berbagai latar belakang saat ini terkoneksi melalui media sosial. Penggunaan
media sosial memudahkan pelakunya untuk mengakses dan menyebarluaskan informasi
secara cepat.
Namun
fenomena yang terjadi saat ini di Indonesia, media sosial lebih banyak
berfungsi sebagai alat propaganda, pembentukan opini, pemutarbalikkan fakta
serta menanamkan kebencian terhadap orang lain maupun kelompok lain, sehingga
berpotensi menimbulkan perpecahan serta konflik yang mengancam disintegrasi
bangsa.
Menyikapi
gejala tersebut, dibutuhkan kecerdasan dan kedewaan dari seluruh element
masyarakat dalam beraktivitas di media sosial. Seluruh informasi yang akan
disebarluaskan hendaknya di sharing
sebelum sharing, termasuk melakukan
kroscek asal usul kebenaran informasi, sehingga tidak menimbulkan dampak yang dapat
merugikan masyarakat secara luas serta mengancam disintegrasi bangsa.
Tidak
kalah pentingnya, upaya yang dapat dilakukan menyikapi masifnya perkembangan
media sosial di tengah-tengah masyarakat adalah dengan membangun nation and character building, yaitu
membangun karakter warga yang cinta terhadap bangsa dan tanah air Indonesia
dengan menanamkan sikap bangga terhadap identitas nasional sebagai jati diri
bangsa.
Pembangunan
nation and character building dapat
dilakukan melalui pendekatan pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai
Pancasila, yakni mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi secara holistik dan berkesinambungan.
Melalui
pendidikan karakter tersebut, diharapkan generasi muda Indonesia sebagai generasi
emas penerus perjuangan bangsa memiliki daya saing global dan daya tangkal
terhadap berbagai upaya provokasi maupun informasi yang dapat memecah belah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, berbagai konflik yang
kemungkinan terjadi dapat segera diantisipasi.
Peran
seorang pendidik dalam mewujudkan generasi milenial yang berintegritas
nasional?
Generasi milenial adalah
generasi yang terpapar serta mahir teknologi. Dengan kemampuannya di bidang
teknologi, generasi ini memiliki banyak peluang untuk bisa berada jauh di depan
di banding generasi sebelumnya. Namun generasi milenial cenderung tidak peduli
terhadap keadaan sosial, termasuk politik dan ekonomi. Mereka cenderung lebih
fokus kepada pola hidup kebebasan dan hedonisme. Mereka cenderung mengingkan
hal yang instant dan tidak menghargai proses.
Karena itu, peran pendidik dalam
mewujudkan generasi milenial yang berintegritas nasional dapat dilakukan
melalui pengenalan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari sebagai bagian dari pendidikan karakter bangsa.
Selain itu, guru harus mampu
menjadi contoh atau role model bagi peserta didik sebagai guru yang menguasai
teknologi informasi, disiplin, kreatif dan inovatif, berdaya saing tinggi,
namun tetap mengedepankan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta memiliki
kebanggaan terhadap indentitas nasional sebagai jati diri bangsa yang tercermin
dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Tuliskan pengalaman hidup
Anda terkait dengan peristiwa, kejadian atau sikap-sikap positif yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat yang mencerminkan toleransi terhadap
keberagaman!
Pengalaman hidup terkait dengan toleransi terhadap keberagaman saya
rasakan langsung dalam lingkungan keluarga. Istri saya adalah seorang mualaf,
sedangkan mertua saya berbeda agama dengan saya, yakni Kristen Katolik.
Meskipun berbeda agama, kami tetap saling menghormati dan mengingatkan agar
tetap menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing. Saya dan istri tetap bisa
melaksanakan ibadah sholat lima waktu di rumah mertua. Saat berada di rumah
mertua di Kota Padang Panjang, saya juga selalu mengantarkan mertua untuk pergi
beribadah ke gereja di hari minggu.
Yang paling menarik, toleransi antar umat beragama di lingkungan tempat
tinggal mertua saya di Kota Padang Panjang yang merupakan serambi mekah di
Provinsi Sumatera Barat ternyata berjalan sangat baik dan harmonis. Saya
membuktikan langsung bahwa setiap perayaan natal, tetangga dan kerabat mertua
yang beragama Islam datang ke rumah untuk silaturahmi. Begitu juga sebaliknya,
saat hari raya Idul Fitri, mertua saya juga mengunjungi tetangga dan kerabat
yang beragama Islam. Toleransi beragama ini berlangsung setiap tahun di
lingkungan tempat tinggal mertua saya. Bahkan saat ada kegiatan gotong royong
di mushalla di dekat rumah, mertua juga terlibat dan ikut berpartisipasi
mempersiapkan makanan bagi warga yang tengah bergotong-royong.
Posting Komentar untuk "Tugas Akhir Modul 3 PKn PPGDALJAB"