Uraian Lengkap Media Pembelajaran
MEDIA PEMBELAJARAN
Uraian Materi
Pengalaman empirik observasi di
sekolah, dan diskusi dengan Guru, ketika hasil belajar peserta didik tidak
memenuhi target yang diinginkan, pasti peserta didik sering menjadi kambing
hitam. Keluhan yang disampaikan, seperti peserta didik kurang memperhatikan
ketiga guru menerangkan pelajaran, peserta didik tidak dapat konsentrasi
menerima pelajaran dalam 90 menit, peserta didik lebih sering berbicara dengan
teman dekatnya, dlsb. Keadaan tersebut memang bisa terjadi. Tetapi sudahkan
pada guru kelas atau guru mata pelajaran melakukan refleksi diri terhadap kerja
profesi sebagai pendidik profesional? Apakah para guru telah menyiapkan segenap
kemampuan pedagogik dalam mengajar peserta didik?
Selaras dengan tuntutan profesi
sebagai pendidik, guru memiliki empat kompetensi (kepribadian, profesional,
pedagogik, dan sosial). Kemampuan mengembangkan dan memanfaatkan media
pembelajaran merupakan salah satu aspek kewajiban yang diemban guru untuk
mengembangkan kompetensi pedagogik, pada gilirannya dapat meningkatkan aktivitas
belajar lebih menarik, dan motivasi peserta didik.
A. Persepsi
Setiap peserta didik tentu
memiliki pandangan atau pendapatnya masing-masing di dalam melihat atau
mendengar pesan (materi ajar) yang disampai guru (atau sumber belajar lainnya).
Perbedaan pendapat serta pandangan ini tentu saja akan ditindaklanjuti dengan
respon dan tindakan peserta didik yang berbeda. Konsep ini yang disebut dengan
persepsi. Persepsi dari peserta didik terhadap materi ajar akan menentukan
bagaimana caranya memandang sebuah mata pelajaran. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi seorang peserta didik, antara lain:
1. Pengamatan,
penginterpretasikan dari apa yang dilihat dan didengar oleh seseorang peserta
didik tergantung dari karakteristik pribadi yang dimilikinya,
2. Motif, alasan yang berada di
balik tindakan yang telah dilakukan oleh seseorang peserta didik yang mana
mampu menstimulasi serta memberikan pengaruh yang cukup kuat kepada pembentukan
persepsi seseorang akan segala sesuatu yang ada.
3. Sikap atau attitude yang
dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi sebuah persepsi yang dibentuknya
mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya.
4. Pengalaman, pengetahuan,
ataupun kejadian sebagai pengalaman yang sudah pernah dialami seseorang peserta
didik,
5. Ketertarikan atau interest,
fokus perhatian seseorang peserta didik pada hal-hal yang sedang
dihadapinya, sehingga membuat persepsi seseorang menjadi berbeda beda satu sama
lainnya.
6. Harapan atau ekspektasi,
merupakan gambaran atau deskripsi yang dapat membentuk sebuah pencitraan
kondisi belajar.
Persepsi merupakan suatu proses
yang bersifat kompleks yang menyebabkan peserta didik dapat menerima dan/atau
meringkas informasi yang diperolehnya dari lingkungan dan pengalaman belajar
(Fleming & Levie, 1981). Semua proses menerima pesan atau informasi selalu
di awali dengan persepsi setelah peserta didik menerima suatu stimulus atau
pola stimuli dari lingkungan pembelajaran. Karenanya persepsi dianggap sebagai
tingkat awal struktur kognitif seseorang peserta didik. Persepsi bersifat:
1. relatif, tidak absolut,
tergantung pada pengalaman sebelumnya yang relevan,
2. selektif, tergantung pada
pengalaman sebelumnya, minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik untuk
mengadakan persepsi, dan
3. sesuatu yang tidak teratur
akan sukar dipersepsikan. Suatu objek akan dapat dipersepsikan dengan baik
apabila objek tersebut lebih menonjol dibandingkan dengan lingkungannya.
Sejak awal menerima materi ajar,
peserta didik sudah menangkap rangsangan (stimulus) untuk dipersepsikan
(seakurat mungkin) apa yang diajarkan guru. Kesalahan dalam mempersepsi materi
ajar, seringkali terjadi karena penyajian materi ajar terlalu banyak pada kurun
waktu tertentu, atau karena pengamatan (observasi) yang dilakukan peserta didik
terlalu cepat dan tidak teliti. Sekali peserta didik mempunyai persepsi yang
salah materi ajar yang disajikan guru, maka untuk selanjutnya akan sukar
mengubah persepsi tadi, dengan demikian peserta didik juga akan mempunyai
struktur kognitif yang salah (Lawther, 1977). Agar dapat kemampuan untuk
mengadakan persepsi efektif, maka harus dikembangkan kebiasaan (habit)
peserta didik untuk belajar. Untuk membentuk persepsi yang akurat serta
mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan, perlu adanya strategi pembelajaran
yang bervariasi (tidak monoton). Pengembangan strategi pembelajaran, sangat
ditentukan kemampuan guru dalam memilih dan menentukan metode dan media
pembelajaran.
B. Peran Media Dalam Komunikasi
Pembelajaran
Media adalah kata jamak dari medium,
yang artinya perantara. Dalam proses komunikasi pembelajaran, media hanyalah
satu dari empat komponen yang harus ada. Komponen tersebut, yaitu : sumber
pesan, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan, penerima pesan. Seandainya
satu dari keempat komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi pembelajaran
tidak optimal. Interaksi dan saling ketergantungan keempatkomponen dapat
divisualkan seperti Gambar 1. Media pembelajaran harus diimplementasikan secara
simultan bersama metode pembelajaran oleh sumberpesan(guru), sehingga sumber pesan
(materi ajar) dapat diterima oleh penerima pesan (peserta didik) secara efisien
dane fektif.
Gambar 1, menunjukkan bahwa
konsep sumber pesan atau penerima pesan adalah konsep relatif. Artinya, di
suatu saat seseorang guru dapat berperan sebagai sumber pesan (menyampaikan
materi ajar), namun pada saat lain (atau pada tempatyang berbeda),gurubisa juga
menjadi penerima pesan(menerima respon peserta didik). Pembelajaran abad 21, guru
lebih dominan berperan sebagai fasilitator belajar peserta didik. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk berkomunikasi dengan banyak sumber belajar
dalam lingkungan belajar yang terencana.
Kualitas pembelajaran dipengaruhi
oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi didalamnya. Komunikasi efektif
dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesanberupa ilmu pengetahuan
dan teknologi dari pendidik (guru) kepada peserta didik, dimanapeserta didik
mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan pembelajaranyang telah ditentukan,
sehingga terjadi perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Dengan demikian, guru
adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang
efektif dalam pembelajaran, sehingga guru dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
Dengan mentransformasi konsep
Lasswell(1972) menekankan bahwa komunikasi pembelajaranmeliputi lima unsur,
meliputi:
1. Komunikator (communicator,
source, sender). Komunikator (guru) merupakan sumber dan pengirim pesan. Kompetensi
komunikator (guru) yang membuat komunikan (peserta didik) percaya terhadap isi
pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
2. Pesan (message). Pesan harus
memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan komunikan (peserta didik),
dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan komunikan. Pesan dapat dirancang
berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), handout, wallchart, jobsheet, program
video instruksional, program multimedia pembelajaran, dlsb.
3. Media (channel, media). Sistem
penyampaian berkaitan dengan media dan metode. Media dan metode yang digunakan
dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan strategi pembelajaran,
karakteristik komunikan (peserta didik), dan tujuan pembelajaran.
4. Komunikan (communicant,
communicate, receiver, recipient). Agar komunikasi (peserta didik) berjalan
lancar, peserta didik harus mampu menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai
dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.
5. Efek (effect, impact, influence).
Terjadinya efek dalam suatu proses komunikasi dalam pembelajaran sangat
tergantung dari guru dalam penyampaian materi serta kebutuhan peserta didik.
Dalam pembelajaran, efek dirancang guru dalam bentuk tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran berpusat pada
guru (teacher center learning), media dan teknologi digunakan untuk
membantu komunikasi pembelajaran. Misalnya papan tulis elektronik dimanfaatkan
guru untuk menampilkan berbagai visual pertumbuhan penduduk Indonesia. Dalam
pembelajaran berpusat pada peserta didik (student center learning),
pengguna utama media dan teknologi adalah peserta didik itu sendiri. Peserta
didik akan memanfaatkan media komputer dan teknologi jaringan internet yang
menampilkan pesan berupa data pertumbuhan penduduk Indonesia. Dalam
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memungkinkan guru untuk
menghabiskan waktu lebih banyak, untuk mengarahkan pembelajaran peserta didik,
menilai dan membimbing peserta didik secara individual (Smaldino at.al,2015).
C. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam pembelajaran (instructional),
sumber pesan dapat berupa sumber belajar, antara lain: guru, instruktur, bahan
ajar terprogram (multimedia), lingkungan belajar dan sebagainya. Penerima pesan
adalah: peserta didik, atau peserta didik.
Media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan (atau informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran (Schramm,1977). Briggs (1977) mendifinisikan media
pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi / materi pembelajaran.
Gagne (1990) mengartikan media
pembelajaran sebagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat
merangsang mereka untuk belajar. Arief S. Sadiman (1986) menyampaikan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat peserta didik agar terjadi proses belajar.
Dari keempat definisi di atas,
terdapat perbedaan konsep media pembelajaran yang sangat prinsip. Lakukan analisis
dari keempat pendapat tersebut, selanjutnya guru dapat menentukan pengertian
yang relevan untuk pemanfaatan media dalam pembelajaran mata pelajaran di unit
satuan pendidikan masing-masing.
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
optimalisasi penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran sangat
menentukan keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran serta ketercapaian
tujuan pembelajaran. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
media pembelajaran yang tepat. Bagi guru yunior yang masih memiliki sedikit
pengalaman dalam mengelola pembelajaran, tidak jarang menemui realitas
(misalnya capaian hasil belajar peserta didik) yang berbeda dengan perencanaan
pembelajaran sebelumnya. Untuk itu, setiap guru yunior sangat perlu memahami
berbagai karakteristik media pembelajaran, dan cara pemanfaatannya.
A. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Untuk mengenali beberapa alasan
mengapa media pembelajaran digunakan, Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga
ciri media pembelajaran sebagai berikut:
1. Ciri fiksatif (fixative
property). Ciri ini menggambarkan kemampuan media pembelajaran untuk
merekam, menyimpan, menampilkan, dan mengkonstruksi suatu peristiwa atau obyek.
Cara ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah
direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap
perkuliahan. Media pembelajaran dengan ciri tersebut yang dapat dikembangkan
seperti: photo, program video, program audio, program multimedia, file
presentasi komputer. Maka media pembelajaran memungkinkan suatu rekaman
kejadian yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal
waktu.
2. Ciri manipulatif (manipulatif
property). Suatu kejadian yang memerlukan waktu panjang (produksi
berhari-hari) dapat disajikan kepada peserta didik dalam waktu dua atau tiga
menit dengan teknik pengambilan gambar atau time-lapse recording.
Kemampuan media dari ciri manipulative seperti ini, memerlukan tim pengembangan
yang memiliki keahlian subtansi (konten materi ajar) dan keahlian produksi,
karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau
potongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang
tentu saja akan membingungkan, dan bahkan menyesatkan peserta didik dalam
pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Misalnya proses metamorphosis
kupu-kupu. Proses larva menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu dapat
dipercepat dengan teknik rekaman fotografer di samping itu juga dapat
diperlambat menayangkan kembali hasil rekaman video. Selain itu juga bisa
diputar mundur.
3. Ciri distributif
(distributive property). Ciri distributif dari media memungkinkan suatu
objek atau kejadian ditrasnspormasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada peserta didik dengan stimulus pengalaman
yang relatif sama mengenai kejadian ini. Sekali materi ajar direkam dalam
format media apa saja. Materi ajar tersebut dapat direproduksi seberapa kali,
serta siap disajikan secara bersamaan di berbagai kelas, atau disajikan dalam
tunda waktu di kelas berbeda. Konsistensi informasi (materi ajar) yang telah
direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Ada dua fungsi utama media
pembelajaran yang perlu dieksplor oleh para guru, yaitu:
1. Media pembelajaran sebagai
alat bantu dalam pembelajaran
Dipahami bahwa setiap materi ajar
memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi ajar yang
tidak memerlukan alat bantu, tetapi di sisi lain ada materi ajar yang sangat
memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang
dimaksud, antara lain berupa peta, grafik, gambar, model, simulator, dan
sebagainya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar
dipahami oleh peserta didik. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi
sukar dicerna dan dipahami oleh setiap peserta didik. Hal ini akan semakin
terasa apabila materi ajar tersebut abstrak, dan kompleks.
Sebagai alat bantu, media
pembelajaran mempunyai fungsi untuk memperlancar tercapainya tujuan
pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan
bantuan media pembelajaran dapat mempertinggi kualitas belajar peserta didik
dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, pengalaman belajar peserta
didik dengan bantuan media pembelajaran akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media pembelajaran.
2. Media pembelajaran sebagai
sumber belajar
Sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran untuk belajar
peserta didik. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu
pesan, manusia, mesin, alat, strategi dan lingkungan. Media pembelajaran,
sebagai salah satu sumber belajar, dapat membantu guru dalam memudahkan
tercapainya pemahaman peserta didik terhadap materi ajar, serta dapat
memperkaya wawasan peserta didik.
C. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam
pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru dengan peserta didik, dan
membantu peserta didik belajar secara optimal. Namun demikian, secara khusus
manfaat media pembelajaran dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985), yaitu :
1. Penyampaian materi ajar dapat
diseragamkan
Guru mungkin mempunyai gaya dan
penafsiran yang beraneka ragam dalam menyampaikan subtansi materi ajar. Untuk
mata pelajaran yang diampu secara team teaching dan banyak guru, maka
dimungkinkan terjadi perbedaan penafsiran terhadap materi ajar. Dengan media
yang dirancang bersama, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan
disampaikan kepada peserta didik secara seragam.
2. Proses pembelajaran menjadi
lebih menarik
Media dapat menyampaikan materi
ajar, yang dapat didengar (program audio) dan dapat dilihat (media visual),
sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep, proses atau prosedur yang
bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih kongkrit dan lengkap.
3. Proses pembelajaran menjadi
lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang dengan
benar, media dapat membantu guru dan peserta didik melakukan komunikasi dua
arah secara aktif. Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara “satu
arah” kepada peserta didik.
4. Waktu belajar mengajar lebih
efisien
Sering kali terjadi, para guru
memerlukan waktu yang lama untuk menjelaskan materi ajar, sehingga estimasi
waktu yang disediakan tidak mencukupi. Padahal waktu untuk menjelaskan dapat
diefisienkan, jika guru memanfaatkan media pembelajaran dengan baik.
5. Kualitas belajar peserta didik
dapat ditingkatkan
Pemanfaatan media tidak hanya
membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi proses pembelajaran dapat
lebih ditingkatkan efektivitasnya untuk membantu peserta didik menyerap materi
ajar secara lebih mendalam dan utuh.
6. Proses pembelajaran dapat
terjadi dimana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat
dirancang sedemikian rupa sehingga pembobotan belajar terstruktur dan mandiri
dapat peserta didik dilakukan untuk belajar dimana saja dan kapan saja mereka
mau, tanpa tergantung pada sumber belajar primer (guru).
7. Sikap positif peserta didik
terhadap proses belajar dapat ditingkatkan
Dengan media, proses pembelajaran
menjadi lebih menarik. Dan hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi
peserta didik terhadap ilmu pegetahuan yang telah disampaikan guru, yang
akhirnya mendorong peserta didik untuk aktif untuk mendalami secara mandiri.
8. Peran guru dapat berubah ke
arah yang lebih positif dan produktif
Dengan media guru tidak perlu
mengulang-ulang penjelasan dan dapat mengurangi penjelasan verbal (lisan),
sehingga guru dapat memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek pemberian
motivasi, perhatian, dan pembimbingan peserta didik.
D. Klasifikasi Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber
pesan, melalui saluran atau perantara tertentu, ke penerima pesan. Di dalam
pembelajaran pesan tersebut berupa materi ajar yang disampaikan oleh guru, sedang
saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan/materi ajar
adalah media pembelajaran atau teknologi. Fungsi media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar adalah untuk :
(1) memperjelas penyajian pesan
agar tidak bersifat verbalistis,
(2) mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, dan daya indera,
(3) menghilangkan sikap pasif
pada subjek belajar,
(4) membengkitkan motivasi pada
subjek belajar.
Untuk mendapatkan gambaran yang
agak rinci tentang macam-macam media pembelajaran, perlu diadakan pembahasan
seperlunya tentang taksonomi media pembelajaran.
Bretz (1972) mengidentifikasikan
ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu unsure : suara, visual, dan gerak.
Media visual sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu: gambar, garis, dan simbol,
yang merupakan suatu bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di
samping ciri tersebut, Bretz (1972) juga membedakan antara media siar
(telecomunication) dan media rekam (recording), sehingga terdapat delapan
klasifikasi media, yaitu:
(1) media audio visual gerak,
(2) media audio visual diam,
(3) media visual gerak,
(4) media visual diam,
(5) media semi gerak,
(6) media audio, dan
(7) media cetak.
Heinich, Molenda, & Russel,
mengemukakan klasifikasi dan jenis media yang dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu :
1. Media yang tidak
diproyeksikan,
a. Realita : Benda nyata yang
digunakan sebagai bahan belajar
b. Model: Benda tiga dimensi yang
merupakan representasi dari benda sesungguhnya
c. Grafis: Gambar atau visual
yang penampilannya tidak diproyeksikan (Grafik, Chart, Poster, Kartun)
d. Display: Medium yang
penggunaannya dipasang di tempat tertentu sehingga dapat dilihat informasi dan
pengetahuan di dalamnya.
2. Media yang diproyeksikan
(projected media), slide presentasi dengan LCD (liqiud Cristal Diaplay),
3. Media audio, program audio,
audio vission, aktive audio vission
4. Media video dan film,
5. Multimedia berbasis computer,
Computer Assisted Instructional (CAI), program multimedia pembelajaran,
6. Multimedia Kit, perangkat
praktikum (program simulator,
Smaldino dkk (2015) menjelaskan
enam klasifikasi utama dari media pembelajaran, yaitu:
1. Media teks: buku cetak, modul
pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), e-book, webpages,
2. Media audio: compact disk,
presenter live, podcast
3. Media visual: poster,
wallchart, photo, gambar yang interactive whiteboard,
4. Media video: program video
pembelajaran, DVD (Digital Versatile Disc), streaming video,
5. Media Manipulatif: mockup,
trainning kit, berbagai bangun matematik, simulator.
6. Orang: dalam kenyataannya,
orang sangat penting dalam belajar. Peserta didik di sekolah belajar dari guru
dan teman lainnya, di masyarakat peserta didik belajar dari orang dewasa
lainnya.
E. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan media pembelajaran
Dalam menentukan media
pembelajaran yang akan dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar, pertama-tama
seorang guru harus mempertimbangkan:
1. Tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai,
2. Karakteristik peserta didik,
3. Karakteristik media yang akan
dimanfaatkan,
4. Jenis rangsangan belajar yang
diinginkan (audio atau visual),
5. Ketersediaan sumber setempat,
6. Efektifitas biaya dalam jangka
waktu panjang.
F. Perkembangan Pemanfaatan Media
Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
Media pembelajaran diciptakan
untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran
awalnya berupa alat bantu visual untuk memberikan pengalaman konkrit dan
motivasi belajar. Contoh alat bantu visual: gambar, model, objek dan lain-lain.
pada awalnya media pembelajaran hanya berpusat pada alat bantu visual tanpa
memperhatikan apek desain, pengembangan dan evaluasi. Untuk menghindari
verbalisme karena alat bantu visual maka media pembelajaran di lengkapi dengan
alat audio, sehingga media yang digunakan menjadi audio visual. Fungsi media
pembelajaran terus berkembang, dimulai saat teori komunikasi pada tahun 1950
fungsi media pembelajaran yang semula hanya sebagai alat bantu mengajar
berkembang menjadi penyalur informasi.
Pada tahun 1960-1965 diciptakan
media yang dapat mengubah tingkah laku peserta didik sebagai hasil proses
belajar, buah pengembangan dari teori tingkah-laku (behaviorism theory)
oleh B. F. Skinner. Teori ini digunakan dalam ranah pendidikan untuk mengubah
tingkah laku peserta didik agar menjadi kebiasaan yang positif. Media
instruksional terkenal yang dihasilkan dari teori ini adalah teaching
machine dan programmed instruction. Pada tahun 1965-1970 pendekatan
sistem (system approach). Mendorong digunakan media sebagai integral
dalam program pembelajaran. Program pembelajaran direncanakan berdasar
kebutuhan peserta didik dan karakteristik yang nantinya tingkah laku peserta
didik akan diubah sesuai dengan tujuan yang akan di capai, menggunakan media
yang telah di rancang secara seksama. Gurupun mulai merencanakan kegiatan
pembelajaran dengan media yang dibutuhkan.
Seiring berjalannya waktu peranan
media pembelajaran meningkat muncul kekhawatiran jika media pembelajaran akan
menggeser guru sebagai sumber belajar. Kekhawatiran ini dipicu dengan
ditemukannya mesin cetak yang dapat menghasilkan buku teks sebagai salah satu
sumber belajar. Padahal selain sumber belajar guru juga memberikan perhatian
dan bimbingan secara individu terhadap peserta didik (Sadiman, 2014)
Menginjak abad ke-20 negara kita
mengalami perkembangan era informasi yang sangan pesat. Media pendidikanpun
mengalami perkembangan dari media pembelajaran sederhana seperti gambar, bagan,
poster, rekaman suara menjadi multimedia pembelajaran berupa video pembelajaran. Penggunaan
multimedia pembelajaran diawali dengan diudaranya Televisi Pendidikan oleh pihak swasta pada
tahun 1991 (Susiliana & Riyana, 2008).
Di masa sekarang ini perkembangan
Bentuk multimedia pembelajaranpun bervariatif. Video pembelajaran dikembangkan
bukan hanya siaran televisi namun dibuat dalam bentuk DVD agar setiap sekolah
dapat mempergunakan multimedia tersebut setiap saat. Sampai saat teknologi Komputer
masuk ke dunia pendidikan kita. Teknologi ini menjadi gebrakan baru untuk
membatu pembuatan media pembelajaran. Terbukti dari banyaknya bentuk media
pendidikan yang dapat dihasilkan, seperti: presentasi power point, buku/materi
pembelajaran berupa soft file, video pembelajaran, media pendidikan
berupa software dan lain-lain. kemudian media pembelajaran terus
berkembang dengan adanya internet. Di internet kita dapat mengakses berbagai
macam hal tidak terkecuali materi pelajaran. Internet secara non-formal menjadi
salah satu media pendidikan bagi peserta didik, karena jangkauannya yang luas,
kelengkapan informasi, mudah digunakan dan dapat menarik minat peserta didik
dengan sendirinya.
Perkembangan media pada masa
sekarang, sampai pada pemanfaatan media pembelajaran menggunakan smart phone
(ponsel pintar). Smart phone merupakan teknologi terkini dalam
bidang komunikasi. Dengan smart phone semua orang tidak hanya dimudahkan
dalam komunikasi saja, tapi dapat berbagi informasi dengan mudah dan gambang
terlebih karena ukuran smart phone yang kecil dan dapat dibawa kemana
saja. Teknologi ini juga dilengkapi dengan fitur dan aplikasi yang dapat
dikembangkan untuk dunia pendidikan. Aplikasi smart phone dapat dibuat
dan dikembangkan untuk media pembelajaran, contoh bentuk media pembelajaran
dari aplikasi smart phone adalah: aplikasi game edukatif, aplikasi
materi pembelajaran interaktif, video tutorial.
Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) berdampak pada kemudahan memperoleh informasi dan mengembangkan
strategi pembelajaran. Banyak dan beragamnya informasi yang tersedia menuntut
kemampuan seorang guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk
menawarkan berbagai pengalaman kepada peserta didik sehingga mampu membangun
pemahamannya di lingkungan sekitarnya. Guru perlu merencanakan dan mengelola
lingkungan belajar yang menarik untuk memastikan bahwa para peserta didik
merasa tertantang dan ingin berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
Kesiapan guru dalam merencanakan
dan melaksanakan strategi pembelajaran akan mempunyai dampak yang signifikan
terhadap pencapaian hasil belajar peserta didiknya.
Strategi pembelajaran meliputi
pemilihan model/metode pembelajaran, serta pemanfaatan media pembelajaran dan
sumber belajar. Oleh karena itu, guru perlu selektif dalam menentukan strategi
mengintegrasikan media pembelajaran dan sumber belajar ke dalam pembelajaran.
Adapun strategi yang akan dijelaskan pada kegiatan belajar ini antara lain:
(a) presentasi,
(b) demonstrasi,
(c) latihan (drill and
practice),
(d) tutorial, dan
(e) diskusi.
1. Strategi Presentasi
Di dalam presentasi, sumber
menjelaskan, menceritakan, atau menyampaikan informasi (materi ajar) kepada
peserta didik. Komunikasi di dalam presentasi dikontrol oleh sumber dengan
respon (dari peserta didik) secara terbatas. Guru sebagai salah satu sumber komunikasi.
Sumber belajar yang lain bisa berupa buku teks, situs internet, program audio,
program video, program multimedia, dan lain sebagainya. Seorang guru yang
menyajikan presentasi bisa dilakukan dengan menyisipkan pola komunikati
interaktif, di mana peserta didik bisa bertanya, memberi respon dengan
menjawab, mengklarifikasi atas inisiatif sendiri maupun ditunjuk oleh guru.
Atau, peserta didik dapat menanyakan berkaitan dengan materi yang sedang
dipresentasikan.
• Keunggulan
Strategi presentasi mempunyai
beberapa kelebihan, di antaranya
(a) penyajian materi ajar
(realtime) hanya sekali untuk didengarkan oleh semua peserta didik, dan
informasi yang disajikan tidak berulang-ulang sehingga lebih efesiensi waktu,
(b) peserta didik dapat
mengunakan berbagai strategi untuk menangkap informasi (materi ajar) yang
dipresentasikan guru. Kegiatan peserta didik, selain mendengar, juga mencatat,
menggambar atau bahkan merekam, serta
(c) teknologi dan media yang ada
saat ini, dapat menyajikan sumber informasi yang berkualitas.
• Keterbatasan
Strategi presentasi juga memiliki
beberapa keterbatasan, di antaranya:
(a) dianggap sulit untuk beberapa
peserta didik, karena tidak semua peserta didik memiliki kemampuan mempersepsi
dan merespon informasi (materi ajar) secara baik dan cepat,
(b) presentasi yang tidak memberi
kesempatan untuk berinteraksi, berpotensi membosankan,
(c) peserta didik yang memiliki
keterampilan kurang dalam mencatat akan kesulitan untuk menangkap informasi,
(d) sulit untuk menerapkan presentasi
pada peserta didik kelas rendah karena mereka belum mampu berpikir secara
abstrak.
• Integrasi dalam Pembelajaran
Terdapat beberapa sumber belajar
yang relevan untuk dimanfaatkan memperkaya informasi. Dalam presentasi, tidak
harus selalu membuat peserta didik berdiri di depan kelas. Membaca buku,
mendengarkan program audio, menonton program video, merupakan contoh dari
strategi presentasi. Meskipun tidak selalu dipertimbangkan sebagai pendekatan
pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan, strategi presentasi dapat
digunakan dengan cara yang efektif. Karakteristik peserta didik (khususnya umur
dan pengalaman peserta didik) akan menjadi faktor pertimbangan bagi guru untuk
menentukan kapan strategi presentasi tepat untuk digunakan.
2. Strategi Demonstrasi
Di dalam strtaegi demonstrasi,
peserta didik dapat mengamati secara intensif keterampilan atau prosedur yang
ditampilkan oleh sumber secara faktual dan kongkrit. Demonstrasi dapat
dilakukan oleh guru, atau sumber program video yang diputar ulang dengan
menggunakan media (video player). Jika menginginkan terjadi interaksi dua arah
atau praktik dengan umpan balik, maka diperlukan kehadiran guru, instruktur
atau tutor. Strategi demonstrasi biasanya diperlukan untuk menunjukkan sesuatu
proses, prosedur atau unjuk kerja. Di dalam pembelajaran sering dilakukan
bentuk demonstrasi oleh guru, instruktur atau tutor, selanjutnya diikuti oleh
kegiatan eksperimen. Dalam kegiatan eksperimen peserta didik mempraktikan
proses, prosedur atau ujuk kerja yang baru saja diamati, dilihat dan didengar
dengan bimbingan guru, instruktur atau tutor.
• Keunggulan
Strategi demonstrasi merupakan
salah satu metode yang tepat, sebelum peserta didik melakukan langsung
(learning by doing) dengan obyek praktikum. Strategi demonstrasi mempunyai
beberapa kelebihan, antara lain
(a) peserta didik mendapatkan
keuntungan dengan melihat sesuatu sebelum mereka melakukannya (seeing before
doing),
(b) guru dapat memandu kelompok
besar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan (task guidance),
(c) lebih ekonomis karena tidak
perlu menyiapkan bahan pembelajaran untuk masing-masing peserta didik (economy
of supplies),
(d) meminimalisir bahaya
praktikum, karena guru dapat mengontrol bahan-bahan yang berpotensi bahaya
terhadap peserta didik.
• Keterbatasan
Strategi demonstrasi juga
memiliki beberapa keterbatasan, yaitu
(a) peserta didik tidak
mengalaminya secara langusung (hanya menyaksikan demonstrasi), kecuali bagi
peserta didik yang melakukan demonstrasi (karena dianggap telah memiliki
kemampuan dan keterampilan yang baik),
(b) setiap peserta didik mungkin
memiliki keterbatasan penglihatan dan pendengaran yang berbeda-beda dalam
menyaksikan demonstrasi, sehingga dimungkinkan ada beberapa aspek yang
terlewatkan oleh peserta didik, dan
(c) memungkinkan tidak semua
peserta didik mengikuti demonsrasi apabila hanya menggunakan satu cara.
• Integrasi dalam Pembelajaran
Bagaimana mengintegrasikan
strategi demonstrasi dalam Pembelajaran? Perhatikan penjelasan berikut. Guru
dapat menggunakan berbagai sumber belajar untuk menunjang demonstrasi yang
dilakukan. Guru dapat menyiapkan sebuah program video demonstrasi sebelum
pembelajaran dimulai, kemudian menayangkannya di dalam kelas dan berbicara
kepada para peserta didik mengenai apa yang akan mereka saksikan. Hal ini dapat
mewakili Guru dalam melakukan demonstrasi proses, prosedur atau unjuk kerja
yang komplek. Guru
dapat mengontrol dengan
menghentikan sementara (puase), atau memutar balik rekaman program video untuk
memperjelas dan penguatan materi ajar, serta guru dapat menberi penjelasan
tambahan tentang keselamatan kerja. Ini efektif jika prosedur demontrasi cukup
kompleks. Anda juga dapat menggunakan objek sebenarnya untuk melakukan
demonstrasi. Satu hal yang perlu diperhatikan, pastikan semua peserta didik
dapat menyaksikan demonstrasi tersebut dengan saksama. Demonstrasi dapat di
lakukan di depan kelas satu demonstrasi untuk semua peserta didik, kelompok
kecil, maupun secara individu bagi peserta didik yang memerlukan penjelasan
tambahan secara khusus bagaimana menyelesaikan tugas tersebut.
3. Strategi Latihan (drill
and practice)
Strategi drill and practice merupakan
serangkaian latihan kognitif (thingking skills) dan latihan
keterampilan (motor skills) yang didesain untuk menyegarkan atau
meningkatkan pengetahuan yang spesifik atau keterampilan yang baru. Tujuan
dari strategi drill and practice yaitu peserta didik menjadi ahli atau
belajar tanpa adanya kesalahan. Strategi ini menganggap bahwa peserta didik
sebelumnya telah mendapatkan pembelajaran secara konsep, prinsip, atau
prosedur yang mereka kerjakan. Agar lebih efektif, strategi ini perlu
disertai dengan umpan balik untuk memperkuat hasil yang benar dan memperbaiki
kesalahan yang terjadi selama pembelajaran.
|
Keunggulan
Beberapa keunggulan strategi drill and
practice yaitu:
(a) peserta didik mendapatkan umpan
balik yang sesuai dengan respon yang diberikan (corrective feedback),
(b) informasi 16 disajikan dalam bentuk
kecil-kecil (small chunks) sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik
meninjau kembali materi tersebut, dan
(c) latihan yang dibangun dalam informasi
yang kecil-kecil memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengujicobakan pengetahuan baru tersebut melalui beberapa cara yang positif.
• Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam strategi
drill and practice antara lain sebagai berikut:
(a) pengulangan terus menerus. Tidak
semua peserta didik menyambut baik pengulangan yang terjadi selama drill and
practice.
(b) cenderung membosankan. Beberapa
materi dalam drill and practice memiliki cukup banyak item sehingga dapat
membuat peserta didik menjadi bosan karena terlalu banyak pengulangan dengan
item yang monoton.
(c) potensi belajar. Apabila peserta
didik membuat kesalahan berulang-ulang, penggunaan strategi drill and practice
secara terus menerus tidak akan membantu peserta didik belajar.
• Integrasi dalam Pembelajaran
Strategi Drill and practice biasa
digunakan untuk tugas-tugas seperti mempelajari matematika, bahasa asing dan
membangun kosa kata. Banyak aplikasi komputer multimedia yang menawarkan
kesempatan pada peserta didik untuk meninjau kembali informasi serta melatih
pengetahuan dan keterampilan mereka. Kaset audio, flash card, dan lembar kerja
dapat digunakan secara efektif untul drill and practice dalam belajar mengeja
(spelling), aritmatika, dan bahasa. Peserta didik dapat bekerja secara
berkelompok melalui drill and practice.
Guru dapat menunjuk peserta didik yang
memiliki kemampuan lebih untuk dikelompokan bersama peserta didik yang masih
perlu ditingkatkan kemampuannya. Pekerjaan rumah yang didesain agar peserta
didik dapat berlatih di luar kelas, dapat disajikan dalam bentuk drill and
practice. Guru perlu mempertimbangkan nilai dari pekerjaan rumah tersebut dan
seberapa baik persiapan peserta didik untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Banyak orang tua yang mengeluhkan atau bahkan menjadi stres dengan pekerjaan
rumah anaknya karena tidak familiar dengan subtansi materi ajar. Dalam
memberikan pekerjaan rumah sebaiknya materi yang telah disajikan di kelas atau
mungkin beberapa persoalan yang menantang sebagai tugas tambahan.
Peserta didik akan menemukan nilai dari
pekerjaan rumah ketika tugas tersebut memberikan latihan yang dapat memperkuat
apa yang telah dipelajarinya di dalam kelas.
4.
Strategi Tutorial
Strategi tutorial dilakukan untuk
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Tutorial
biasanya dilakukan tatap muka dengan peserta didik secara individual, 17 dan
sering digunakan untuk mengajarkan keterampilan dasar seperti membaca dan
aritmatika. Perbedaan antara tutorial dan drill and pravtice adalah tutorial
memperkenalkan dan mengajarkan materi baru, sedangkan drill and practice
berfokus pada konten yang telah dipelajari dalam format lain (misalnya latihan
mengerjakan soal dan pengulangan sampai mencapai ketuntasan hasil belajar).
Peserta didik biasanya berkerja secara mandiri atau satusatu yang dilengkapi
dengan beberapa latihan dengan umpan balik disetiap bagiannya. •
Keunggulan
Dibandingkan dengan strategi lainnya,
tutorial memiliki beberapa keuntungan, di antaranya
(a) peserta didik dapat bekerja secara
mandiri pada saat ada materi baru dan menerima umpan balik kemajuan belajar;
(b) peserta didik dapat belajar sesuai
dengan kecepatannya, mengulangi informasi jika dibutuhkan sebelum beralih ke
materi selanjutnya; dan
(c) tutorial berbasis komputer
(multimedia model tutorial) dapat merespon jawaban peserta didik secara
langsung dan cepat. Respon komputer memberikan tindak lanjut kegiatan belajar,
apakah peserta didik belajar ke topik berikutnya, atau peserta didik ikut
program meremedial.
• Keterbatasan
Sama halnya dengan strategi lainnya,
tutorial juga memiliki kelemahan, antara lain
(a) adanya pengulangan dapat menyebabkan
peserta didik menjadi bosan jika materi yang disajikan hanya dalam bentuk satu
pola saja,
(b) dapat menyebabkan peserta didik
menjadi frustasi jika tidak terlihat kemajuan belajarnya saat tutorial, serta
(c) berpotensi adanya kesalahan dalam
membimbing peserta didik.
• Integrasi dalam Pembelajaran
Kegiatan tutorial dapat berupa
pembelajaran guru dengan peserta didik, antar peserta didik (peer tutoring),
komputer dengan peserta didik (computer assisted tutorial), dan buku dengan
peserta didik. Guru dapat bekerja dengan peserta didik secara individual maupun
kelompok kecil, membimbing peserta didik sesuai dengan kecepatan belajarnya.
Strategi tutorial dengan sumber belajar: guru, program komputer multimedia,
sangat cocok untuk peserta didik yang memiliki kesulitan belajar dalam kelompok
besar. Dengan demikian, guru dapat mempertimbangkan pemanfaatan media
pembelajaran atau sumber belajar dalam strategi tutorial. Saat ini, banyak
model multimedia yang didesain untuk membantu menyajikan pembelajaran kepada
peserta didik, Misalnya: sistem pembelajaran terintegrasi (integrated learning
system), model blanded learning.
5.
Strategi Diskusi
Strategi pembelajaran diskusi merupakan
aktivitas belajar bertukar ide, gagasan dan opini antar peserta didik, maupun
antara peserta didik dengan guru. Diskusi dapat digunakan di setiap
pembelajaran dalam kelompok kecil maupun besar. Ini merupakan cara yang tepat
digunakan untuk menilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sekelompok peserta
didik. Strategi diskusi relevan untuk memberikan pengalaman belajar baru,
terutama ketika pada pengenalan topik baru, atau pada awal tahun ajaran baru
ketika guru belum mengenali peserta didik secara lebih dalam.
Diskusi dapat dipimpin oleh guru dengan
memberikan pertanyaan pengantar, untuk mengetahui respon dari peserta didik.
Hendaknya guru tidak memberikan pertanyaanpertanyaan yang menghendaki jawaban
faktual sederhana, karena tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berpikir. Sebaiknya diawali dengan pertanyaan “bagaimana” atau “mengapa”
untuk mendorong terjadinya diskusi.
• Keunggulan
Strategi diskusi memiliki beberapa
kengggulan, di antaranya:
(a) diskusi biasanya lebih menarik bagi
peserta didik daripada duduk dan mendengarkan sesorang menceritakan suatu
fakta,
(b) peserta didik merasa tertantang
untuk memikirkan tentang topik dan penerapan apa yang telah mereka ketahui,
(c) memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk membawa ide baru dalam menyajikan informasi.
• Keterbatasan
Strategi diskusi juga memiliki beberapa
keterbatasan, antara lain
(a) memungkinkan tidak semua peserta
didik ikut berpartisipasi, sehingga sebaiknya guru harus menyakinkan kepada
semua bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk berbicara,
(b) terkadang peserta didik tidak
belajar di luar dari apa yang telah mereka ketahui dan kurang tertantang untuk
memperluas pengalaman belajarnya,
(c) beberapa pertanyaan yang dilontarkan
mungkin terlalu sulit bagi peserta didik untuk berpikir sesuai dengan tingkat
pengetahuannya, serta
(d) diskusi mungkn bukan strategi yang
efektif digunakan kepada peserta didik kelas rendah, yang masih membutuhkan
penjelasan langsung dari guru.
• Integrasi dalam Pembelajaran
Diskusi merupakan cara yang efektif
untuk memperkenalkan suatu topik baru. Menyaksikan sebuah program video
pembelajaran, memberikan pengalaman belajar yang biasa. Namun jika program
video itu diangkat menjadi sebuah isu, maka akan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berdiskusi, bertukar pikiran atau opini. Setelah melakukan
diskusi, selanjutnya ada forum tanya jawaban untuk memperkuat pemahaman peserta
didik.
G.
Pengertian Multimedia Pembelajaran
Pada tahun 80-an, konsep multimedia
mulai bergeser sejalan dengan perkembangan teknologi komputasi yang demikian
cepat. Saat ini istilah multimedia diartikan bentuk transmisi teks, audio dan
grafik dalam periode bersamaan (Simonson dan Thompson, 1994). Sementara itu,
Gayestik memberi pengertian istilah “multimedia” dimaknai sebagai suatu sistem
komunikasi interaktif berbasis komputer yang mampu menciptakan, menyimpan,
menyajikan dan mengakses kembali informasi berupa teks, grafik, suara, video
atau animasi (Gayestik,1992).
Dengan perkembangan teknologi komputer
saat ini, sudah memungkinkan untuk menyimpan, mengolah dan menyajikan kembali
unsur media: teks, gambar, suara dan video dalam format digital. Hooper (2002)
menyebutkan bahwa multimedia sebagai media presentasi berbeda dari multimedia
sebagai media peserta didikan. Media presentasi tidak 20 menuntut peserta didik
berinteraktivitas secara aktif di dalam penyajiannya, sekalipun ada interaktif
maka interaktif tersebut hanya berbentuk interaktivitas yang samar (covert).
Lalu bagaimana dengan istilah multimedia
peserta didikan? Hackbart (1996) mendefinisikan Multimedia pembelajaran sebagai
suatu program Pembelajaran yang mencakup berbagai sumber yang terintegrasi
berbagai unsur-unsur media dalam suatu program (software) komputer. Program
komputer tersebut secara sengaja dirancang dalam bagian-bagian dan secara
terstruktur memberi peluang untuk terjadinya interaktivitas antara pengembang
dengan peserta didik (peserta didik) secara fleksibel, sehingga terjadi proses
belajar pada diri peserta didik. Multimedia pembelajaran melibatkan peserta
didik dalam aktivitas-aktivitas yang menuntut proses mental di dalam peserta
didikan. Dari perspektif ini aktivitas mental spesifik yang dibutuhkan untuk
terjadinya Pembelajaran dapat dibangkitkan melalui manipulasi
peristiwa-peristiwa instruksional (instructional events) yang sistematis.
Disini Hooper secara tegas menyatakan peran penting suatu desain instruksional
di dalam multimedia pembelajaran (educational multimedia).
Johnston (1990) mendefinisikan
multimedia pembelajaran sebagai kemampuan untuk memproses berbagai jenis
“media'” yaitu, teks, data grafis, gambar diam, animasi, video, audio, dan efek
khusus pada komputer pada waktu yang sama. Program multimedia dapat disajikan
pada satu layar, dua layar, monitor digital, Liquid Cristal Display, atau
projector. Dengan demikian, pengertian multimedia pembelajaran adalah program
instruksional yang mencakup berbagai unsur media (teks, gambar diam, suara,
video, dan animasi) yang terintegrasi dalam instruksi program sistem komputer.
Program multimedia pembelajaran dapat dirancang dan dikembangkan secara linear
maupun secara interaktif.
Multimedia pembelajaran linier suatu
multimedia pembelajaran yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun
yang dapat dioperasikan oleh penguna (peserta didik) multimedia. Multimedia
pembelajaran interaktif adalah suatu multimedia pembelajaran yang dilengkapi
dengan alat pengontrol sistem komputer yang dapat dioperasikan oleh peserta
didik (peserta didik), sehingga peserta didik dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses pemberdayaan belajar selanjutnya. Dengan demikian
multimedia pembelajaran interaktif adalah paket multimedia pembelajaran yang
diaplikasikan dalam pembelajaran, dimana desain dan pengembanganannya sesuai
dengan sistem instruksional untuk melibatkan atau memperdayakan peserta didik
secara aktif di dalam proses pembelajaran.
H.
Prinsip-prinsip Multimedia Pembelajaran
Mayer (2009) menyatakan prinsip
multimedia pembelajaran adalah peserta didik dapat belajar lebih baik dengan
gambar dan kata-kata dari pada hanya kata-kata saja. Kemudian Mayer
mengklarifikasikan prinsip multimedia menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Prinsip kedekatan ruang: gambar dan
kata-kata akan lebih baik jika di letakkan berdekatan,
b. Prinsip kedekatan waktu: gambar dan
kata-kata yang berkaitan dapat disajikan secara bersamaan,
c. Prinsip koherensi: tidak perlu
menambah unsur media lain yang kurang relevan dengan materi yang disampaikan,
membuat multimedia pembela jaran yang singkat padat dan jelas,
d. Prinsip modalitas: saat membuat
animasi dalam multimedia pembelajaran, baiknya katakata disajikan dalam bentuk
suara narasi bukan berupa teks on screen.
e. Prinsip redundansi: animasi dalam
multimedia cukup diberi suara narasi, dan tidak perlu di tambah teks yang
mengulangi narasi.
f. Prinsip perbedaan individual:
multimedia membantu peserta didik yang berpengetahuan kurang (atau rendah)
untuk lebih memahami materi pembelajaran.
RANGKUMAN
Setelah mempelajari materi ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Semua proses belajar selalu di awali dengan persepsi, setelah peserta didik menerima suatu stimulus atau pola stimuli dari lingkungan pembelajaran. Karenanya persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang.
2. Keberhasilan komunikasi pembelajaran ditentukan oleh unsur-unsur: (a) komunikator, (b) pesan (message), (c) media, (d) komunikan, dan (e) efek (tujuan).
3. Tiga ciri utama media pembelajaran adalah: (a) ciri fiksatif, (b) ciri manipulatif, (d) ciri distributif .
4. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam memilih media pembelajaran: (a) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (b) karakteristik peserta didik, (c) karakteristik media yang akan dimanfaatkan, (d) jenis rangsangan belajar yang diinginkan, (e) ketersediaan sumber setempat, dan (f) efektifitas biaya.
5. Fungsi utama media pembelajaran yang perlu dieksplor oleh para guru, adalah sebagai alat bantu dalam pembelajaran, dan sebagai sumber belajar.
6. Kesiapan guru dalam merencanakan dan melaksanakan strategi pembelajaran akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar peserta didiknya. Pengintegrasian pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar dalam strategi pembelajaran: (a) presentasi, (b) demonstrasi, (c) latihan (drill and practice), (d) tutorial, dan (e) diskusi.
Posting Komentar untuk "Uraian Lengkap Media Pembelajaran"