Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

ANATOMI MANAJEMEN PENDIDIKAN



Secara umum pemahaman tentang: anatomi manajemen pendidikan.
Anatomi adalah:
1. Uraian yang mendalam tentang sesuatu.                         
2. Ilmu  yang  melukiskan   letak   dan   hubungan  bagian-bagian tubuh manusia, berbinatang atau tumbuh2an.

Berdasarkan pengertian di atas, maka anatomi manajemen pendidikan adalah uraian dan pemahaman yang mendalam tentang hubungan ilmu manajemen dengan ilmu2 yang lain dalam bidang pendidikan. 
v    Manajemen Pendidikan  publik  organisasi bisnis,  partai, dll
1. prog pengembangan pendidikan
2. pelaksanaan  pendidikan
3. sdm  (guru/dosen/staf) pendidikan
4. kurikulum, tupoksi, sarana/prasarana, biaya, evaluasi, mutu dan
5. warga belajar siswa/mahasiswa/kelompok belajar luar sekolah.
v    Manajemen 
Walaupun terdapat berbagai pendapat tentang pengertian manajemen, pada dasarnya Mempunyai makna yang kurang lebih sama.
         Manajemen adalah suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan orang lain
         Manajemen merupakan praktik spesifik yang mengubah sekumpulan orang menjadi Kelompok yang efektif, berorientasi pada tujuan dan produktif.
         Manajemen merupakan suatu proses menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan oganisasi melalui fungsi:planning, dan decision making,  Organizing, leading dan controlling.

Berkaitan dengan masalah manajemen pendidikan, baik pada tatanan Makro maupun mikro, rendahnya efisiensi internal dan eksternal  masih merupakamn masalah yang dihadapi bangsa kita saat ini. Lahirnya berbagai masalah tersebut   akan bermuara pada rendahnya mutu dan kinerja sistem pendidikan. Untuk itu perlu kajian yang mendalam, terarah dan sistematik untuk menangani adanya masalah-masalah pendidikan kita.

v    Latar belakang
1.      Pendidikan  merupakan  salah  satu investasi  penting bagi setiap negara untuk   mewujudkan sdm  bermutu, oleh karena itu pendidikan mutlak harus dilaksanakan.
2.      Dunia pendidikan   kita dewasa  ini, mengalami  4  krisis  utama  yaitu: (1) kualitas, (2) relevansi atau efisiensi eksternal, (3) elitisme, (4) manajemen. (tilaar, 2003).
3.      Secara  global  mutu   pendidikan bangsa  kita  saat  ini  rendah,  bila dibandingkan  dengan  negara - negara tetangga  di  asean.
4.      Sorotan yang  paling  tajam terhadap  kita saat ini  adalah masalah  mutu  output    dan    mutu    pengelolaan.
5.      Depdiknas tahun  2002  mengisyaratkan bahwa tuntutan  mutu  dipacu oleh  paradigma   baru   pendidikan   tinggi  yaitu:  (1) kualitas   yang berkelanjutan,   (2)   otonomi,   (3) akuntabilitas,   (4)    akreditasi   dan (5) evaluasi.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Lalu, dimensi-dimensi apa sajakah yang membangun atau mempengaruhi tatanan dunia pendidikan itu? Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis akan menjelaskan satu demi satu dimensi-dimensipendidikan dan aplikasinya.

1. Dimensi Sosial dan Kultur
Sebagai mahluk sosial, manusia bergaul dengan sesamanya dalam arti bukan hanya sekadar berkomunikasi, melainkan juga berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi manusia merupakan kebutuhan dasar setiap individu dalam peranannya sebagai mahluk sosial (homo sapiens). Manusia membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tasmara (2002:161) menyatakan tentang kandungan utama yang menjadi esensi budaya, yaitu:
  1. Budaya berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai dan lingkungannya.
  2. Adanya pola nilai, sikap, tingkah laku (termasuk bahasa), hasil karya dan karsa, sistem kerja dan teknologi.
  3. Budaya merupakan hasil pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan, serta proses seleksi terhadap norma-norma.
  4. Adanya interdependensi yaitu saling ketergantungan baik sosial, maupun, non sosial.

2. Dimensi Proses Belajar yang Efektif
Dalam proses pendidikan terdapat di dalamnya proses belajar. Ada tiga elemen yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yaitu siswa (learner), proses belajar, dan situasi belajar. Ketiga elemen ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Peserta didik atau siswa adalah subjek ajar yang berkepentingan memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan sesuai dengan kebutuhannya. Tanpa subjek didik, proses belajar tidak pernah ada.

3. Dimensi Ekonomi dan Finansial
Proses pendidikan tidaklah mungkin terlepas dari dimensi ekonomi dan atau finansial (economic and financing dimensions). Dikatakan demikian karena antara pendidikan dengan kondisi ekonomi masyarakat memiliki hubungan yang konklusif. Saling mempengaruhi. Bila taraf pendidikan suatu bangsa tinggi, ada kecenderungan income per kapitanya juga tinggi yang berarti Gross national productions (GNP)-nya pun tinggi. Atau dibalik, jika kesejahteraan suatu bangsa tinggi, maka cost untuk pendidikannya pun dianggarkan cukup besar. Kondisi seperti ini akan memberi peluang untuk memperoleh pendidikan yang maksimal.

4. Organizational Behaviour in Educations
Lembaga pendidikan sebagai sebuah organisasi yang memiliki suatu tujuan yang dinamis, akan mendorong para pelaku pendidikan untuk mengadaptasi setiap aspek yang diarahkan pada pemenuhan tuntutan pendidikan. Para pelaku pendidikan yang berlatar belakang berbeda-beda, jabatan berbeda, motivasi, dan kondisi ke-diri-an turut mewarnai perilaku organisasi pendidikan.

5. Dimensi Politik
Sistem pendidikan sebenarnya merupakan strategi politik suatu bangsa dalam membangun negaranya. Maka rasanya mustahil bila pendidikan bersih dari pengaruh politik. Dapat kita perhatikan, bagaimana perkembangan dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, dari masa ke masa. Kontrol pemerintah yang sedang berkuasa akan turut mewarnai dunia pendidikan. Terlebih lagi saat sistem pemerintahan didominasi secara absolut oleh sebuah rejim, dunia pendidikan Indonesia berubah menjadi wadah pembentukan sikap mental yang diarahkan pada kepentingan penguasa.

6. Dimensi Hukum dan Profesionalisme
Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah pembekalan life skill kepada siswa agar memiliki kemampuan atau daya juang dalam menghadapi kehidupannya. Dalam agama Islam dijadikan sebagai kalimat doa yakni “Robbana atina fi dunya hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa kinaa adzabannar”. Artinya bagaimana generasi penerus kita terlepas dari jerat hukum. Baik hukum negara, hukum masyarakat yang tidak tertulis, baik berupa adat kebiasaan, maupun etika moral, dan tentu saja hukum agama.

Dengan demikian, dalam pendidikan para pelajar dibekali oleh orang dewasa (pendidik) tentang kesadaran hidup sesuai dengan norma hukum. Dan sebagai sebuah proses, pendidikan juag diatur dengan hukum berupa peraturan yang mengikat stake holder dalam rangka membangun proses pendidikan yang harmonis dan teratur. Uraian ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan tidak terlepas dari peraturan, perundangan, dan atau hukum sebagai alat pengatur tata laksana pendidikan.

7. Dimensi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sebagai agen perubahan, sudah menjadi keharusan dunia pendidikan melakukan penelitian untuk meningkatkan kinerjanya sebagai model pengembangan sumber daya manusia sekaligus sebagai bahan ajar yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan tugas, peranan dan fungsinya dalam mengembangkan sumber daya manusia yang siap bersaing dalam menghadapi tekanan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta era globalisasi.

Dunia pendidikan modern tidak “hanya” berfungsi sebagai wadah mentrasfer nilai-nilai kultur belaka. Karena para ahli pendidikan modern memandang dunia pendidikan juga sebagai pusat atau agen perubahan.
Peserta didik memiliki dua sisi yaitu sebagai pelestari kultur bangsa, dan sebagai pembaharu kultur bangsa. Maka dari itu, guru setidaknya memiliki wawasan yang luas tentang karakteristik kultur bangsanya, juga kapabelitas teknologi masa kini. Diharapkan tidak ada guru yang berpandangan kolot bagai katak dalam tempurung. Tentu saja tuntutan semacam ini imbasnya pada institusi sebagai lembaga pendidikan untuk menyediakan perangkat teknologi yang dibutuhkan proses pembelajaran.

8. Dimensi Teknologi Informasi
Abad ke-20 disebut-sebut sebagai abad informasi. Pendapat ini muncul setelah informasi dirasakan begitu penting sebagai sumber daya seperti sarana dan prasarana, tenaga, dan sebagainya. Informasi adalah data yang telah diambil kembali atau diolah atau sebaliknya untuk tujuan informatif, atau kesimpulan argumentasi sebagai dasar ramalan pengambilan keputusan. (Robert G. Murdick, John E. Roos/James R. Claggell). Sedangkan yang dimaksud dengan teknologi informasi meliputi seluruh jenis teknologi yang memroses data, dan informasi seperti telepon, satelit, radio, dan komputer.(Ade Cahayana).

Perkembangan teknologi informasi turut mempengaruhi sistem pendidikan baik nasional, maupun internasional. Setiap aspek yang terkait dengan pendidikan, tata nilai, dan sistem juga berubah akibat dampak dari perkembangan teknologi informasi. Bahkan saat ini, terutama di perkotaan, internet sudah jadi sumber pembelajaran yang handal. Kecenderungan pemanfaatan internet (dunia maya) semakin hari semakin meningkat. Sehingga masyarakat pemerhati pendidikan dapat menarik kesimpulan bahwa lembaga-lembaga pendidikan sudah saatnya melibatkan diri sebagai pemeran dalam dunia maya tersebut. Jangan kaget, jika suatu ketika (ramalan penulis) bangunan sekolah itu sudah tidak ada lagi karena transformasi pendidikan dilakukan melalui internet. Setiap siswa dapat mengakses dan memiliki e-mail. Gurunya bahkan bukan hanya e-mail, mereka sudah buka warung berupa blog yang bisa dikunjungi oleh para siswanya.

Kenyataan seperti ini sudah seharusnya disadari sebagai sebuah fenomena yang perlu ditanggapi oleh setiap pelaku pendidikan. Diharapkan sekecil apapun fenomena itu, jika bermanfaat untuk kemajuan pendidikan itu sendiri, maka tidak ada alasan untuk mengelak.

Namun demikian, masih banyak para pelaku pendidkan yang masih skeptis terhadap perubahan teknologi. Seakan-akan perubahan yang diberlakukan itu sebagai sebuah hambatan. Padahal jika diselidiki, respons negatif itu didasari oleh lemahnya pengetahuan, atau keterampilan yang terkait dengan teknologi tersebut. Masalah demikian tentunya harus ditangani secara arif dan bijaksana oleh para pemimpin pendidikan agar masalah tersebut dapat diatasi dan energinya dapat diubah menjadi energi positif.
Di sisi lain dunia pendidikan pun harus memenuhi kebutuhan proses yang terus berubah dengan menyediakan sarana, prasarana, media, tenaga ahli, serta sumber daya lainnya, termasuk pelatihan guru. Aplikasi semacam ini menegaskan bahwa pendidikan tidak akan bisa memisahkan diri dengan perkembangan teknologi yang justru merupakan hasil proses pendidikan.

Posting Komentar untuk "ANATOMI MANAJEMEN PENDIDIKAN"