Manajemen Pembelajaran Matematika
Tahap-tahap
Manajemen Pembelajaran Matematika adalah upaya pendidik dalam merencanakan,
melaksanakan dan memfasilitasi proses pembelajaran serta mengevaluasi hasil
pembelajaran pada mata pelajaran matematikla. Seorang pendidik harus memiliki
keterampilan dalam pengelolaan (manajemen) pembelajaran matematika yang
meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: 1) membuat perencanaan pembelajaran, 2)
melakukan proses pembelajaran, dan 3) melaksanakan evaluasi pembelajaran. (Asri
Trestianti, 2012)
Perencanaan Pembelajaran Matematika Kegiatan
belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan
dengan bimbingan guru dan bantuan pendidik lainnya. Apa yang hendak dicapai dan
dikuasai oleh siswa dituangkan dalam tujuan belajar, dipersiapkan bahan apa
yang harus dipelajari, dipersiapkan juga metode pembelajaran yaitu yang sesuai
bagaimana cara siswa mempelajarinya, dan melakukan evaluasi untuk mengetahui
kemajuan belajar siswa (Asri Trestianti, 2012). Persiapan ini telah
direncanakan secara seksama oleh guru mengacu pada kurikulum mata pelajaran
matematika. Penjelasan ini memberi gambaran bahwa kegiatan belajar yang
dilaksanakan secara sengaja dipersiapkan dalam bentuk perencanaan pengajaran,
persiapan pengajaran ini sebagai kegiatan integral dari proses pembelajaran
matematika di sekolah. Perencanaan ini akan merespon pemenuhan target
pembelajaran baik diukur dari prestasi belajar siswa melalui sejumlah tes dan
alat evaluasi yang digunakan maupun pelayanan belajar siswa oleh para pendidik
dilihat dari kesiapan dan strategi yang digunakan. Untuk mencapai target dan
tujuan yang ditetapkan, maka secara teknis dan operasional dijabarkan dalam
program mingguan dan juga harian.
Untuk
mengatasi variasi kemampuan siswa, maka guru matematika perlu menggunakan
metode atau bentuk kegiatan mengajar yang bervariasi pula. Data atau informasi
tentang siswa dapat dimanfaatkan untuk penyusunan dan perancanaan penyempurnaan
pengajaran matematika. Pengajaran yang baik hendaknya disusun dengan berpedoman
pada keadaan, kemampuan, minat dan kebutuhan siswa. Tiap siswa mempunyai
kemampuan, kondisi, kecepatan belajar, dan lain-lain yang berbeda. Karenanya
perlu dikembangkan sistem mentor, yaitu bantuan belajar bagi siswa pandai atau
kelas tinggi. Dalam proses pembelajaran matematika, guru dituntut memiliki
kemampuan dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan
pengajaran. Tujuan perencanaan pembelajran matematika bukan hanya penguasaan
prinsip-prinsip fundamental pembelajaran, tetapi juga mengembangkan sikap yang
positif terhadap program pembelajaran, menelliti, dan menemukan pemecahan
masalah pembelajaran. Tujuan perencaan pembelajaran matematika secara ideal
menguasai sepenuhnya bahan dan materi ajar, metode dan penggunaan alat dasar
bahasan dan mengelola alokasi waktu yang tersedia, dan membelajarkan murid
sesuai yang diprogramkan.
Pembelajaran matematika merupakan aktivitas
guru dan peserta didik sebagai proses interaksi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Karena itu, rancangan pembelajaran matematika yang efektif
terletak pada dua hal yaitu:
1) pemilihan stimulus diskriminatif dan penggunaan
penguatan. Pemilihan stimulus dalam pembelajaran matematika di kelas meliputi
dua ahal penting yaitu diskriminasi stimulus dan generalisasi stimulus, hal ini
merupakan prasyarat penting bagi pebelajar untuk dapat memperoleh tingkah laku
verbal yang lebih rumit; dan
2) memberikan penguatan agar belajar matematika
lebih efektif. Apabila seorang guru matematika akan mengajarkan bahan
pengajaran mengenai setiap pokok bahasan kepada siswa-siswanya, maka guru
tersebut harus mengadakan persiapan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar
proses pembelajaran matematika dapat berlangsung dengan lancar, sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Langkah berikutnya adalah menyiapkan
pokok-pokok materi dan bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran matematika,
menetapkan media dan alat pengajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan
mempermudah memahami materi pelajaran oleh siswa yang disampaikan oleh guru,
kemudian menyusun alat evaluasi yang akan digunakan dalam menilai seberapa jauh
tujuan-tujuan pembelajaran telah atau belum tercapai.
Proses
Pembelajaran, Belajar Matematika Menyenangkan Kita tentu sudah memahami bahwa
dalam proses belajar kadang terjadi kejenuhan yang membuat para peserta didik
menjadi tidak semangat, hilang konsentrasi, bahkan ada yang merasa bosan sampai
merasa malas mengikuti sebuah proses pembelajaran. Ini sering terjadi pada mata pelajaran yang membutuhkan konsetrasi
dan fisik yang baik. Guru memberikan materi pelajaran tanpa memperhatikan
bagaimana kondisi peserta didik dan suasana kelas. Peserta didik dipaksa
menerima semua materi tanpa diberikan kesempatan memikirkan, tidak diberi ruang
untuk berekspresi, bahkan yang lebih memprihatinkan peserta didik seperti
disuapi tanpa ditanya tentang perasaan mereka.
Inilah cermin pendidikan kita
yang terlalu mengejar sebuah target lulus KKM, masuk jurusan IPA, lulus Ujian
Nasional, bahkan lulus Ujian Mandiri tanpa memperhatikan apakah pelajaran ini
bermakna bagi para peserta didik. Target yang terlalu dikejar tanpa perencanaan
dan pengelolaan pembelajaran yang baik akan mematikan kreativitas peserta didik
untuk berekspresi, untuk memahami apa guna materi pelajaran ini, bahkan peserta
didik tidak tahu kenapa mereka harus belajar materi ini. Jadi selain target
tercapai, para peserta didik mendapatkan kebermaknaan dalam belajar. Yang pasti
kita semua pasti berharap para peserta didik tidak hanya hafal secara teori
tapi dapat mempraktekkannya pada kehidupan yang nyata. Salah satu mata
pelajaran selalu menjadi bidikan kesalahan adalah pelajaran matematika. Pada
umumnya semua mata pelajaran bermuara pada satu prinsip, yaitu berpikir logika.
Dalam matematika prinsip berpikir logika ini sangat dibutuhkan, bahkan menjadi
pondasi utama dalam memahami tiap materi yang diajarkan. Tidak ada satupun
materi dalam matematika yang terpisah dan tidak berhubungan. Tiap materi yang
dipelajari akan menjadi prasyarat bagi materi selanjutnya. Jadi kalau kita
hanya mengandalkan daya ingat atau hafalan saja, sudah pasti akan membuat
kelelahan pada otak kita sehingga kita akan mengalami ketidakbermaknaan dalam
belajar. Lalu bagaimana caranya agar belajar matematika itu menyenangkan?
Berikut ini tips untuk para guru agar dapat membuat peserta didik mendapatkan
kebermaknaan dalam belajar di sekolah, di antaranya:
1) Perencanaan Mengajar
yang matang
para
pendidik dalam hal ini guru di sekolah harus mau meluangkan waktu untuk membuat
persiapan dalam mengajar. Memang pada dasarnya itu adalah merupakan kewajiban
atau tugas dari seorang guru, tapi kadang para guru tidak mempersiapkan apa
yang akan diajarkannya sehingga apa yang diperbuatnya seringkali adalah
spontanitas di lapangan. Rencana pelaksanaan pengajaran jangan sampai dibuat
hanya untuk memenuhi kewajiban saja tanpa dibuat dengan sungguh – sungguh
dengan memperhatikan dan mengkoreksi apa kelebihan dan kekurangan yang telah
kita lakukan. Sekali lagi sebelum masuk kelas dan berhadapan dengan peserta
didik, guru harus mempunyai persiapan yang matang. Ingatlah ”Kemenangan dalam
suatu perang bukan dilihat pada saat perangnya tetapi dilihat dari
persiapannya”
2) Matematika Bukanlah Pelajaran Hapalan Ini harus dilakukan oleh
para guru!!! Matematika bukan hafalan dan hafalan bukan inti matematika.
Matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan membuat logika berpikir kita
baik. Tanamkan hal itu pada peserta didik kita sehingga phobia yang mungkin
pernah mereka alami dapat kita kikis.
3) Siapkan Narasi dan Pengetahuan tentang
Materi yang Diajarkan Mengajar pada intinya adalah bercerita tentang suatu
materi. Lalu bagaimana kita dapat memberikan pelajaran yang menyenangkan kepada
peserta didik kalau kita saja tidak dapat menceritakan tentang materi yang akan
kita ajarkan. Jangan sampai kita selalu masuk pada inti pelajaran dengan
memberikan rumus – rumus dan poin – poin saja, jelas ini sangat membosankan.
Berikan narasi atau analog dalam menjelaskan materi pelajaran, sehingga para
siswa dapat menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya. Para guru juga
harus mampu memberikan gambaran tentang manfaat dan kegunaan tiap materi dalam
kehidupan sehari – hari, sehingga para siswa dapat membayangkannya jika mereka
mampu menguasai materi ini mereka akan menjadi apa.
4) Perhatikan Suasana Kelas
Kadang kita memulai pelajaran di kelas dengan amat tergesa – gesa karena
mungkin kita merasa harus mengejar target materi ini harus selesai dalam berapa
kali pertemuan tanpa memperhatikan kondisi kelas yang kita masuki.
Perhatikanlah kelas yang kita masuki dengan melihat sekeliling kelas, apakah
para peserta didik sudah masuk semua? Apakah para peserta didik sudah siap
belajar? Apakah kelas dalam keadaan bersih? Atau apapun yang menurut kita dapat
mengganggu proses belajar mengajar harus kita singkirkan dulu, sehingga apa
pada pelaksanaannya nanti tidak akan ada faktor yang menghambat. Berilah pertanyaan
kepada para peserta didik, apakah sudah siap belajar? Apa kabarnya hari ini?
Jadi sudah ada komunikasi yang baik sebelum pelajaran dimulai.
5) Jadilah Guru
yang Tidak Menggurui Setiap manusia punya potensi, punya kemampuan, punya
keinginan, dan punya ekspresi masing – masing terhadap hal. Kita harus pahami
bahwa peserta didik kita itu adalah manusia – manusia yang unik dengan tingkat
kemampuan, pemahaman, dan keinginan yang pasti berbeda – beda. Berikan mereka
kesempatan berekspresi dalam pelajaran kita dengan memberikan komentar,
pertanyaan, bahkan sanggahan sekalipun. Dengarkan dan perhatikanlah apa yang
mereka sampaikan dan ekspresikan terhadap materi yang kita ajarkan, sehingga
kita dapat menghindari bahwa kita adalah manusia yang paling pintar di kelas
tersebut. Hindari keinginan untuk menggurui mereka agar mereka dapat memberikan
respon positif terhadap materi yang kita sampaikan.
6) Berikan Pemikiran
Positif pada Peserta Didik Kamu itu punya kemampuan! Sedikit lagi jawaban kamu
benar! Itu mungkin kata yang sering kita lupakan. Kadang jika peserta didik
kurang memahami, kita menganggap mereka tidak bisa tanpa memberikan semangat
yang positif. Kita jatuhkan mereka ke dalam perasaan bersalah karena tidak
paham atas apa yang sedang dibicarakan, kita hancurkan keinginan mereka tanpa
melihat usaha mereka memahami. Pacu semangat mereka dengan kata–kata positif
yang akan membangun kekuatan besar dalam hati dan pikir mereka, sehingga mereka
merasa mempunyai kemampuan untuk memahaminya.
Evaluasi
pembelajaran Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana
untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan
pengolahan data. Beberapa fungsi dan manfaat evaluasi menurut Aunurahman
(2011:211) sebagai berikut:
a. Mengetahui taraf kesiapan anak untuk menempuh
suatu pendidikan tertentu.
b. Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai
dalam proses pendidikan.
c. Mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita
ajarkan dapat dilanjutkan dengan bahan yang baru ataukah harus mengulang
pelajaran-pelajaran yang telah lampau.
d. Mendapatkan bahan-bahan informasi
dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan dan jabatan yang sesuai
untuk siswa.
e. Mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seorang anak dapat dinaikkan
ke kelas yang lebih tinggi atau harus mengulang dikelas semula.
f.
Membandingkan apakah prestasi yang dicapai anak sudah sesuai dengan
kapasitasnya atau belum.
g. Untuk menafsirkan apakah seorang anak telah cukup
matang untuk kita lepaskan kedalam masyarakat atau untuk melanjutkan ke lembaga
pendidikan yang lebih tinggi.
h. Untuk mengadakan seleksi
i. Untuk mengetahui
taraf efisiensi metode yang digunakan dlam lapangan pendidikan.
Jadi, untuk dapat melaksanakan evaluasi secara benar, maka guru harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang aspek-aspek yang berkaitan
dengan evaluasi dan memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut
didalam proses pembelajaran. Kemampuan memahami dan melaksanakan evaluasi ini menjadi
tanggungjawab setiap guru. Sebagaimana diketahui kegiatan belajar dan proses
pembelajaran merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga guru harus selalu aktif
mencermati perubahan-perubahan yang terajadi pada siswa, termasuk hal-hal yang
berkaitan dengan evaluasi. Dinamika siswa dan proses pembelajaran ini pula yang
mendorong agar setiap guru terus dituntut mengembangkan pengetahuannya,
termasuk didalam memahami dan menggunakan bentuk-bentuk evaluasi, mengenal,
memahami dan mampu menggunakan alat-alat bantu teknologi yang dapat membantu
kelancaran proses dan pencapaian hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan ketentuan
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Setiap sekolah diseyogyakan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologi siswa. Hal inilah kiranya yang merupakan esensi dari proses
pembelajaran. Kearah esensi inlah muara dari setiap proses pembelajaran yang
diselenggarakan.
Tidak mudah untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang sangat esensial berikut. Namun demikian
suatu pendidikan berikut seluruh warga sekolah harus berusaha untuk mewujudkan
setiap proses pembelajaran yang diselenggarakan paling tidak mendekati esensi
di atas. Memang diperlukan komitmen yang kuat dari setiap satuan pendidikan. Tanpa
komitmen yang kuat, proses pembelajaran yang sangat ideal itu sulit untuk
diwujudkan. Proses pembelajaran matematika harus dipersiapkan, dilaksanakan,
dan dievaluasi untuk mendekati proses pembelajaran yang ideal itu.
Untuk dapat melaksanakan
pembelajaran yang demikian itu, maka pembelajaran matematika perlu
dipersiapkan, dirancang, diatur atau di kelola dengan sebaik-baiknya.
Pengelolaan ini merupakan langkah stategis sehingga proses pembelajaran
matematika dapat mewujudkan tujuan pembelajaran matematika secara optimal, dan
dapat menampakkan esensi, ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran matematika.
Dalam kontek ini, penting pula pemahaman terhadap karakteristik pembelajaran
matematika. Bagi setiap satuan pendidikan utamanya guru, pemahaman terhadap
karakteristik merupakan salah satu jalan masuk bagi keberhasilan pembelajaran
matematika.
Diambil dari (BSNP standar
isi, 2005 : 387) yang mengatakan bahwa matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan
daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika
diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran
Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar
kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun
sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut
di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan
ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram,
dan media lain.
Pendekatan
pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal,
masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai
cara penyelesaian.
Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dalam setiap
kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual
problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara
bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan
pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Selain
itu, perlu ada pembahasan mengenai bagaimana matematika banyak diterapkan
dalam teknologi informasi sebagai perluasan pengetahuan peserta didik.
Posting Komentar untuk "Manajemen Pembelajaran Matematika"