MENGEMBANGKAN BENTUK –BENTUK DISIPLIN POSITIF DALAM PENDIDIKAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam dunia pendidikan masih banyak praktik guru dalam mendisiplinkan siswanya dengan cara memberikan hukuman fisik. Hal ini dikarenakan kebanyakan guru masih belum dapat membedakan antara disiplin dan hukuman. Mereka berpendapat bahwa bila hendak mendisiplinkan siswanya maka mereka melakukannya dengan cara memberikan hukuman bagi anak didiknya tersebut. Padahal kedua istilah yakni disiplin dan hukuman adalah sesuatu yang berbeda. Dan cara mendisiplin dengan memberikan hukuman adalah suatu hal yang salah. Hukuman fisik merupakan bentuk dari penyiksaan terhadap anak., suatu bentuk kekerasan yang disengaja dan dapat mengakibatkan dampak psikologis yang negative bagi perkembangan mental anak di kemudian hari. Rasa cemas, malu, rasa bersalah, tidak mandiri dan tidak peduli pada lingkungan bahkan tindakan kekerasan atau agresifitas adalah contoh-contoh akibat yang dapat ditimbulkan dari cara pemberian disiplin yang tidak tepat yakni melalui hukuman.
Untuk dapat mendidik siswanya dengan tepat dan mampu mengembangkan perilaku positif, yakni perilaku yang diharapkan seperti patuh pada aturan dan lain-lain, maka guru perlu diberikan pengetahuan dan bimbingan teknis mengenai bentuk disiplin yang tepat yakni disiplin positif. Disiplin adalah praktik mengajarkan atau melatihkan seseorang untuk patuh pada aturan atau suatu ‘kode’ berperilaku baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan hukuman adalah alat untuk mengontrol perilaku. Tujuan utama disiplin bagi anak adalah anak memahami perilakunya, mampu berinisiatif, bertanggung jawab terhadap pilihannya, menghormati dirinya sendiri dan orang lain. Melalui disiplin, siswa menginternalisasi suatu proses berpikir dan berperilaku positif yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Disiplin membentuk perilaku anak dan membantuanya untuk belajar kontrol diri bila diberikan dukungan dan bukan hal yang menyakitkan (hukuman) yang merupakan suatu konsekuensi yang tidak punya makna. Disiplin positif dapat dibangun dengan memberikan dukungan dan pujian terhadap perilaku yang diharapkan dan tidak memberikan dukungan atau mengabaikan perhatian pada munculnya perilaku yang tidak diharapkan.
B.
RELEVANSI
Pemahaman guru dan pembekalan materi akan bentuk-bentuk disiplin positif menjadi sangat penting ketika cara yang dilakukan kebanyakan guru hingga saat ini masih banyak yang menggunakan teknik pemberian hukuman. Guru tidak menyadari bahwa tindakan yang dilakukan terhadap siswanya berpotensi melanggar hak azasi anak karena dapat dikategorikan melakukan penganiayaan terhadap anak. Anak didik menjadi tidak belajar dari kesalahan perilaku yang ditampilkannya, dan bahkan dapat menimbulkan masalah baru yakni adanya lahan subur untuk menyalurkan rasa kesalnya ke dalam bentuk perilaku agresif akibat mendapatkan hukuman. Misalnya balas dendam kepada siswa yang lebih yunior ataupun langsung kepada guru yang bersangkutan.
Pemahaman guru akan bentuk-bentuk disiplin positif dapat memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Mereka adalah tokoh sentral dalam dunia pendidikan yang memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk transfer ilmu namun juga dalam membangun karakter siswanya menjadi insan yang mandiri, berinisiatif, dan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Guru juga akan terhindarkan dari tindakan-tindakan yang berpotensi pada pelanggaran etika, pelanggaran hukum dan pelanggaran HAM.
C.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
- Guru memahami tentang bentuk-bentuk disiplin positif dalam pendidikan
- Guru memahami tentang pengertian dan batasan tentang disiplin dan mampu membedakannya dengan hukuman.
- Guru dapat menganalisa kasus-kasus dalam pendidikan secara umum maupun yang terjadi di sekolah dan mengkategorisasikan sebagai bentuk hukuman atau disiplin positif
- Guru dapat menerapkan batasan-batasan yang harus dihindari dalam melaksanakan disiplin bagi siswa di sekolah.
Sehingga, dari tujuan tersebut diharapkan Output yang akan dicapai adalah :
- Pemahaman
guru tentang bentuk-bentuk disiplin positif dalam pendidikan menjadi lebih baik
dan meningkat
- Pemahaman
guru tentang pengertian dan batasan disiplin dan hukuman menjadi lebih tajam
dan berimbas pada berkurangnya bahkan terhapusnya beberapa kasus yang dilakukan
guru dalam mendisiplin siswa dengan cara pemberian hukuman
- Kemampuan
guru dalam menganalisa kasus-kasus dalam pendidikan secara umum maupun yang
terjadi di sekolah dan mengkategorisasikan dalam pelanggaran HAM, pelanggaran
hukum dan pelanggaran etika;
- Kemampuan guru dalam menerapkan batasan-batasan disiplin positif akan meningkat dan hal-hal yang harus dihindari dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dapat diminimalisir bahkan terhapus sama sekali
D. URAIAN MATERI
D.1 BATASAN DISIPLINDisiplin merupakan kata yang sering salah digunakan, khususnya bila disamakan dengan hukuman. Kebanyakan guru mengartikan disiplin adalah hukuman. Siswa perlu didisiplin diterjemahkan sebagai Siswa perlu diberi hukuman seperti dipukul dan lain-lain. Hal ini adalah SALAH.
Disiplin adalah praktik mengajarkan atau melatihkan seseorang untuk patuh pada aturan atau suatu ‘kode’ berperilku baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Berbeda dengan hukuman.
Hukuman adalah alat untuk mengontrol perilaku
Sedangkan disiplin adalah alat untuk mengembangkan perilaku anak, khususnya cara-cara berperilaku. Disiplin mengajarkan anak untuk menngontrol dirinya sendiri dan menekankan pada apa yang akan diajarkan kepada anak dan apa yang anak mampu untuk belajar. Disiplin merupakan dasar untuk mengarahkan anak agar dapat ‘harmoni’ dengan dirinya sendiri dan mampu menyesuaikan diri dengan orang lain.
Tujuan utama disiplin bagi anak adalah anak memahami perilakunya, mampu berinisiatif, bertanggung jawab terhadap pilihannya, menghormati dirinya sendiri dan orang lain. Dengan kata lain siswa menginternalisasi suatu proses berpikir dan berperilaku positif yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Disiplin membentuk perilaku anak dan membantuanya untuk belajar kontrol diri bila diberikan dukungan dan bukan hal yang menyakitkan yang merupakan suatu konsekuensi yang tidak punya arti. Contoh, dengan memberikan pujian atau kesempatan untuk berlatih seperti tidak berteriak, tidak memukul atau tidak mengancam.
Dukungan merupakan tipe dari reward yang merangsang anak untuk bekerja, belajar, dan berprestasi. Dukungan membangun self esteem karena anak belajar bahwa ia secara langsung mendapatkan pujian atau reward yang lain. Anak dapat memilih untuk mendapatkan pujian atau tidak. Hal ini dapat memberikan anak suatu perasaan bahwa ia dapat mengontrol kehidupannya yang merupakan kunci dari perkembangan self esteem yang sehat.
Sebaliknya dengan tidak memberikan dukungan terhadap perilaku yang salah misalnya dengan mengabaikan (ignoring) perhatian atau dengan kata lain tidak memberikan perhatian terhadap perilaku yang tidak diinginkan atau perilaku yang salah akan mengajarkan paf
Da anak bahwa ia tidak mendapatkan perhatian bila anak mencoba untuk mendapatkannya dengan cara berperilaku yang salah. Anak akan mendapat perhatian hanya bila ia menunjukan perilaku yang diharapkan.
D.2.TUJUH PRINSIP DISIPLIN POSITIF PADA ANAK
1. Menghormati hak anak
2. Mengembangkan perilaku pro sosial, self discipline dan karakter
3. Memaksimalkan partisipasi aktif anak
4. Menghormati kebutuhan perkembangan anak dan kualitas hidupnya
5. Menghormati motivasi dan pandangan hidup anak
6. Menegakkan azas keadilan, kesamaan dan tidak mendiskriminasi anak
7. Meningkatkan solidaritas
Read More
- BATASAN DAN BENTUK KEKERASAN DI SEKOLAH (Dr. Susanto, MA)
- FAKTA ILMU PENGETAHUAN TERBARU
- Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Student Facilitator and Explaining (SFAE)
- Manfaat Sensory Play atau Permainan Sensory bagi Anak di Masa Golden Age
- MENGEMBANGKAN BENTUK –BENTUK DISIPLIN POSITIF DALAM PENDIDIKAN
D.3. KRITERIA DISIPLIN POSITIF
1. Lembut dan baik cara memberikannya
2. Signifikan
3. Merupakan alat yang dapat bekerja dalam jangka waktu yang lama
4. Merupakan suatu keterampilan hidup dan keterampilan sosial yang berarti bagi anak
D.4. ALAT DAN KONSEP DISIPLIN POSITIF MELIPUTI :
- Mutual respect atau saling menghargai antara guru dan siswa. Guru atau orang dewasa mencontohkan firmness dengan cara menghargai diri mereka sendiri dan kindness dengan cara memenuhi kebutuhan anak.
- Mengidentifikasi the belief behind the behavior. Disiplin efektif bila mengenali alasan yang dikemukakan anak didik, apa yang mereka lakukan dan kerjakan untuk mengubah belief tersebut daripada hanya sekedar mengubah belief tersebut.
- Komunikasi efektif dan keterampilan memecahkan masalah
- Disiplin yang mendidik (bukan permisif atau menghukum)
- Memfokuskan pada pemecahan masalah bukan pada hukuman
- Encouragement atau mendorong/mensupport. Encouragement memperhatikan usaha dan perbaikan/peningkatan, tidak hanya pada keberhasilan namun juga membangun harga diri dan perasaan mampu/kompeten dalam jangka panjang.
D.5. KARAKTERISTIK UNIK MODEL DISIPLIN
POSITIF JUGA TERMASUK :
1.
Mengajar
orang dewasa dan siswa melalui aktifitas pengalaman (experiential activities)
2.
Program-program
disiplin kelas dan program-program pendidikan orang tua yang konsisten. Guru,
orang tua maupun penyedia layanan bagi anak lainnya dapat bekerjasama dalam memberikan
suatu lingkungan yang aman dan konsisten bagi anak.
3.
Pelatihan
yang murah dan dukungan yang terus berlangsung bagi anggota masyarakat untuk saling
mengajarkan disilpin positif satu sama lain.
4.
Diadakannya
pelatih yang bersertifikasi bagi seluruh Negara yang bekerja dengan sekolah dan
masyarakat.
E.
Langkah-langkah Pembelajaran
1.
Waktu
Waktu pembelajaran : 3 x 60 menit
2.
Metode
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini meliputi :
a. Brainstorming (Curah Pendapat)
Metode ini digunakan untuk menggali terlebih dahulu pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan persoalan dari peserta tentang tema pokok bahasan yakni bentuk disiplin dan dan hukuman dalam mendidik siswa. Hal ini penting dilakukan untuk narasumber memahami terlebih dahulu sampai dimana pengetahuan, pemahaman dan pengalaman peserta.
b. Memberikan penilaian (rating terhadap beberapa statement tentang bentuk disiplin positif atau hukuman)
c. Bermain peran
Metode bermain peran ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan peserta dalam bentuk analisis, solutif dan praktek atas kasus yang tertulis dalam scenario tentang bentuk disiplin positif atau hukuman. Skenario dapat diambil dari persoalan riil yang ada di sekolah dan meminta peserta yang bersedia menjadi relawan untuk memerankannya.
d. Ceramah dan Tanya Jawab
Narasumber menarik kesimpulan dari keseluruhan proses yang dilakukan dan menjelaskan materi substansi yang menjadi tema pokok bahasan. Dalam proses ini narasumber juga membuka sesi tanya jawab dengan peserta untuk lebih menajamkan dan memberikan pemahaman yang komprehensif bagi peserta.
3.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
a.
Partisipasi
Proses belajar yang dikembangkan dalam pelatihan adalah proses
partisipatif – pendidikan orang dewasa (andragogy)
dimana tidak ada pembedaan dan jarak antara peserta dan narasumber. Daur
belajar yang digunakan adalah menggali pengalaman, mengungkapkan atau
penyampaian, menstrukturkan, menganalisis dan menyimpulkan. Partisipasi atau
peran aktif peserta menjadi penting dalam proses pembelajaran materi ini. Proses pembelajaran yang dialogis adalah
proses pembelajaran yang menjamin terjadinya “komunikasi aktif dan kritis”
dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti diskusi kelompok, bermain peran, memberikan rating tentang pokok pembahasan dan menjelasan dasar pemikirannya
Narasumber memiliki kapasitas yang memadai dalam penguasaan materi
khususnya dalam mengembangkan bentuk-bentuk disiplin positif dalam pendidikan.
b.
Pengalaman
Baik narasumber maupun peserta memiliki pengalaman yang dapat
menjadi bahan saling bertukar pengalaman, pengetahuan dan informasi terkait
persoalan pendidikan, cara-cara yang sudah pernah dilakukan selama ini dalam
mendisiplin anak dan dampaknya bagi anak/siswa. Kegiatan saling bertukar
ide/gagasan terkait solusi penyelesaian dari berbagai masalah yang muncul khususnya
yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru.
c.
Pemecahan
masalah
Dalam proses
pembelajaran ini diawali dengan penyajian masalah (dapat diambil dari
kasus-kasus yang dibahas di topic bahasan sebelumnya dan ditinjau dari bentuk
disiplin yang diterapkan). yang biasanya
diambil dari kasus-kasus konkrit yang ada di masyarakat. Peserta didik biasanya
akan dibentuk kelompok untuk merumuskan masalah, mengidentifikasi, menganalisa
dan merumuskan penyelesaiannya. Proses ini akan sangat bermanfaat bagi peserta
didik untuk belajar berpikir kritis dan analitis.
d.
Pengembangan
kapasitas
Dengan pelatihan ini baik narasumber maupun peserta diharapkan akan
meningkat kapasitasnya dalam berbagai aspek (integrasi dari materi-materi yang
sudah diberikan sebelumnya).
e.
Penggunaan
alat bantu
Proses pembelajaran ini akan lebih
baik jika didukung media belajar yang memadai, seperti alat peraga,
audio-visual, dan sebagainya, meskipun terbuka peluang untuk menggunakan
alternatif media lain.
4.
Proses Pembelajaran
No
|
Pokok
Bahasan
|
Metode
|
Waktu
|
Langkah-langkah
|
Alat
Bantu
|
1
|
Pembukaan
· Perkenalan
· Penjelasan Alur dan Tujuan Materi
|
Ceramah
|
10’
|
Narasumber memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan dan
alur materi yang akan disampaikan
|
Paparan Alur dan Tujuan Pembelajaran
|
2
|
Identifikasi pemahaman awal peserta terkait materi
|
Brainstor ming
|
15’
|
Narasumber memberikan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk menggali
pengetahuan dan pemahaman awal peserta terkait materi
|
·
Flipchart
·
Spidol
·
Isolasi
Kertas
|
3
|
Pengertian disiplin dan hukuman
|
Ceramah
|
30’
|
Narasumber memaparkan tentang pengertian disiplin dan hukuman
serta konsekuensinya pada perkembangan mental anak dan bagaimana kondisi riil
atau persoalan di Indonesia
|
Paparan power point tentang Pengertian disiplin dan hukuman serta
konsekuensinya terhadap perkembangan mental anak.
|
4
|
Identifikasi akan penggolongan kondisi tentang pernyataan sebagai
disiplin atau hukuman
|
a.
Mengidentifikasi
serangkaian daftar pernyataan (Rating)
b.
Berma
in Peran (role play)
|
70’
|
a.
Narasumber
meminta peserta sebagai relawan yang akan memerankan tokoh-tokoh dalam studi
kasus/skenario;
b.
Narasumber
memberikan briefing pada peserta yang akan bermain peran;
c.
Narasumber
memberikan kesempatan pada pemeran untuk mendiskusikan alurnya dengan
berpatokan pada skenario;
d.
Peserta
mulai memainkan cerita yang diberikan;
e.
Peserta
yang tidak bermain diminta untuk memperhatikan dan memberikan tanggapan
setelah bermain peran selesai;
f.
Narasumber
memaparkan kaitan skenario studi kasus yang dimainkan tersebut dengan materi;
g.
Narasumber
memberikan lembar penilaian (rating) yang berisi pernyataan tentang disilpin
atau hukuman
|
· Skenario role play dari
studi kasus
· Hasil Rating pada lembar pernyataan tentang bentuk disiplin atau
hukuman
· Pertanyaan diskusi
|
5
|
Bagaimana mencari solusi dan menerapkan batasan-batasan yang
harus dihindari oleh guru dalam hal mendisiplin siswa dengan menerapkan disiplin positif dan agar
terhindar dari tindakan yang dapat melanggar HAM di sekolah
|
||||
6
|
Kesimpulan
|
Ceramah dan Tanya Jawab
|
45’
|
Narasumber memaparkan materi (wrap
up) tentang:
a.
Pengertian
dan batasan bentuk disiplin positif dan hukuman, berbagai prinsip, kriteria
dan tujuan utama tentang disiplin
positif
b.
Batasan-batasan
yang harus dihindari oleh guru dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran
di sekolah (bentuk hukuman yang dapat dikategorikan penganiayaan)
|
Paparan power point
tentang :
·
Pengertian
dan batasan disiplin positif dan hukuman. Prinsip, criteria dan tujuan utama
disiplin positif
·
Batasan-batasan
yang harus dihindari oleh guru dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran
di sekolah khususnya dalam mendisiplin siswa
|
7
|
Penutup
|
10’
|
Narasumber mengakhiri sesi dengan pertanyaan reflektif pada
peserta
|
||
TOTAL
|
180’
|
F.
LATIHAN DAN EVALUASI
Peserta dapat menjawab
sejumlah soal yang terkait dengan bentuk-bentuk disiplin positif dalam
pendidikan. Materi bahasan mencakup teori yang sudah diberikan maupun contoh-contoh dalam proses belajar
khususnya di sekolah.
G.
PENUTUP
Guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan
khususnya di sekolah dan pendidikan tidak hanya semata mengajarkan materi
pelajaran. Dengan kata lain tidak hanya transfer ilmu pengetahuan, namun juga
mengembangkan karakter atau kepribadian anak. Guru juga menjadi role model bagi
siswanya dalam memecahkan masalah sehari-hari yang tidak hanya sekedar masalah
dalam menyelesaikan tugas atau mencari solusi dari soal dalam pelajaran
tertentu. Namun juga masalah dalam kehidupan nyata, dalam menjalin hubungan
interpersonal dengan oranglain, dalam mengontrol emosi sehingga siswa lebih
mahir dalam keterampilan sosial maupun keterampilan hidupnya. Guru juga diharapkan mampu memberikan dukungan
bagi siswanya yang mampu menghargai dirinya sendiri maupun siswanya sehingga
siswa juga mampu menghargai didirinya dan orang lain. Guru diharapkan mampu
‘membaca’ keunikan siswanya sebagai
individu yang memerlukan pendekatan
khusus, yang mana setiap anak adalah
berbeda dan unik. Dan hal ini dapat dicapai dengan menerapkan disiplin
positif dan menghindari segala bentuk hukuman yang banyak membawa dampak
negatif bagi perkembangan anak.
Materi
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan referensi bagi guru untuk
memahami perannya sebagai pendidik, tidak hanya sebagai pengajar dan mampu menerapkan disiplin positif pada
siswa-siswanya di sekolah sehingga dapat membawa dampak positif bagi
pengembangan karakter anak didiknya di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Positive
Discipline in the Inclusive, Learning-Friendly Classroom. Embracing Diversity:
Toolkit for Creating Inclusive, Learning-Friendly Environments. A guide for
Techers and Teacher Educators. 2015. UNESCO,
7 place de Fontenoy, Paris, Perancis.
Papalia, D. E. & Gabriella, M. (20XX). Experience Human Development, 13 th Ed. New York Mc. Graw Hill
Companies, Inc.
Garry, M & Joseph, P.2007. Behavior
Modification. What It Is And How To Do It, 8 th Ed.
Pearson, Prentice Hall Upper Saddle River, New Jersey.
Gwendolyn, C. & Jo Anne, F. M. 1995. Teaching Social Skills to Children and Youth. Innovative Approach.
3 rd Ed. Allyn and Bacon: Boston.
Posting Komentar untuk "MENGEMBANGKAN BENTUK –BENTUK DISIPLIN POSITIF DALAM PENDIDIKAN"